Pagi Tadi
Hari ini baru saja ku pulang dari rumah, sekedar
mengisi semangat untuk beberapa bulan kedepan. Menghilang dari kepenatan
pikiran menumpuk di Jatinangor. Yah, meskipun, aku kalah juga, karena seharian
kemarin malah mengerjakan laporan praktikum yang belum selesai.
Sesampainya di kosan, aku baringkan tubuhku ditempat
tidur. Kepenatanku kembali meracuni otak. Jujur, aku ingin segera lulus. Tapi,
aku ingin meanjutkan studi S2-ku nanti, yang artinya, kepenatanku tetap akan ada.
Teringat, sejenak subuh tadi. Pukul 04.30, ku
berangkat dari rumah diantar oleh bapak. Subuh tadi, aku diantar dengan menaiki
mobil tangki yang membawa setangki air untuk bapak antar ke salah satu
pelanggannya di daerah Pamarayan. Tidak biasanya aku diantar dengan mobil itu. Jujur,
aku baru pertamakali ikut menaiki mobil itu.
Sedikit cerita mengenai mobil tersebut, awalnya itu
adalah mobil truk yang bapak beli kira-kira sewaktu aku memasuki SD kelas 2. Mobil
itu juga yang mengangkut barang-barang kepindahanku dari Tanggerang ke
Pandeglang. Aku masih ingat dengan jelas. Kemudian entah-bagaimana ceritanya,
kepemilikan mobil berpindah-pindah hingga akhirnya menjadi milik abah
(kakekku). Dan sekarang, mobil itu telah berubah menjadi mobil tangki. Kini,
itu menjadi milik mobil bapak kembali-meskipun masih dicicil pembayarannya.
Alih-alih membicarakan mobil, sebenarnya aku ingin
menceritakan mengenai ayahku. Betapa aku telah menyadari, rambut putih yang
mulai banyak menghiasi rambut bapak. Tapi bapak tidak menghiraukannya. Bapak,
yang dulunya bekerja menjadi satpam, yang kemudian pernah beralih menjadi
penjual manggis (seingatku, selepas perusahaan bapak kerja bangkrut), hingga pindah ke Pandeglang
dan mulai membuka usaha lapak barang bekasnya disana. Sembari itu juga, bapak
bekerja di salah satu pabrik minuman di Pandeglang, tepatnya yang ada didekat
rumah, sebagai apa ya namanya, yang biasa untuk mengatur produk yang harus di
kirim ke berbagai daerah dengan mobil-mobil besar. Yah, meskipun gajinya tidak
mencukupi. Lama tak tahu kabar mengenai pekerjaan bapak. Selepas KKN Februari
lalu ku pulang dan baru ku dengar pabrik minuman itu mulai tutup. Aku mulai
takut, bapak nanti akan bekerja dimana. Pernah, sewaktu tanah dibelakang rumah
masih berupa bukit-bukit, bapak juga
bekerja sebagai penggali batu.
Bapak tidak pernah lelah, tidak pernah jua mengeluh.
Terkadang aku bingung bagaimana aku membantunya. Belum lagi, bapak yang selalu d
isms oleh adikku mengenai biaya sekolahnya.
Inginku menangis. Aku bingung. Aku stress. Aku bingung
akan tugas-tugas yang ingin ku kerjakan. Akan impian yang ingin ku gapai. Akan apa
yang tengah aku pegang. Aku ingin cepat lulus, dengan predikat cum laude, melanjutkan studi S2 ku di
luar negeri. Di satu sisi lain, aku kadang kasihan dengan adikku. Aku berkuliah
di salah satu PTN ternama di Indonesia, tapi adikku kini hanya bersekolah di
SMP Terbuka di daerah Bogor. Aku kadang merasa, aku yang membuat adikku seperti
itu. Padahal niat bapak dan mama menyekolahkan adik disana karena ada tetangga
yang bersekolah disana dan bisa sambil pesantren juga, serta sekolahnya gratis
sehingga meringankan biaya. Tapi, aku baru tau bahwa sekolah itu adalah sekolah
terbuka. Maafkan teteh ya dek L
Kembali ke bapak. Pagi tadi, aku diberi uang hanya
untuk ongkos ke Jatinangor. Selama di perjalanan, menuju terminal bus yang akan
ku naiki. Kami mampir sebentar ke tukang tambal ban untuk mengisi angin ban
mobilnya. Kala itu, harganya 5rb, dan kebetulan si pedagang tidak ada uang
kembali, jadilah aku mengusulkan untuk menggunakan uangku yang 5rb-an untuk
membayarnya. Selepas itu, ayah langsung mengusapkan tangannya ke kepalaku, dan
mengucapkan “Sabar ya, na, nanti bapak kirimin lagi kalau ada uangnya”.
Aku hanya bingung untuk menaggapi pembicaran pabak
seperti itu. Tapi aku kadang kesal sendiri, kenapa aku selalu merepotkan bapak.
Tuhan, aku ingin segera cepat lulus, tolong bantu aku. Bantu aku agar lulus dengan
cepat, dengan predikat sesuai yang aku inginkan. Aku ingin cepat meringankan
iaya bapak dan mamah. Tuhan, semoga bapak dan Mamah, serta adikku selalu berada
dalam lindungan-Mu. Berikan kami rezeki yang baik lagi halal, yang dapat
mencukupi kebutuhan kami. Mudahkan aku dalam membahagiakan kedua orangtuaku dan
membuat mereka bangga kepada aku dan adikku. Tuhan, juga tolong jadikan aku
kakak yang baik bagi adikku, yang tidak hanya bisa menjadi panutan baginya,
tapi menjadi sahabat baik bagi dia.
Ayoo.. nina.. harus semangat! Nina pasti bisa!
Comments
Post a Comment