Catatan 28 Oktober 2022: What I Regret?
*What I regret?*
Last year when I decided to give up on 'something', I said—unsincerely (really, I'm not pray this one), "eventhough I become like this, at least I hope a friend who's going Ph.d, huft, but how can I have a friend like that if I just truly at home? Even I don't past the degree what I'm going through".
And then after some months (still in the same year), I don't know how to tell this, but I have a new friend. We meet at a global course that I attended via online. After some months we were friended, aku baru tahu kalau dia baru memulai Ph.D-nya.
Dan, wow, aku takjub banget ketika tahu itu, karena aku teringat dengan perkataanku dulu.
Dan dari situ aku menyesal, andai aja dulu bilangnya bukan berharap aku yang punya teman seorang Ph.D, melainkan aku yang tetap bisa meraih Ph.D meski keadaannya seperti itu.
Well... Selain orang itu, ada juga beberapa teman baru lain yang sangat inspiratif setiap aku melihat pembaruan postingan di media sosialnya. Yang paling mengena di hatiku, ada seorang anak jenjang SMA yang rupanya sekolahnya sangat luar biasa di negerinya para nabi (Al-Azhar, Kairo), meski masih SMA, dia pun sudah beberapa kali menjadi pembicara di beberapa webinar menceritakan pengalamannya itu. Dan satu lagi, seorang gadis muda yang waktu itu pernah tiba2 nge-chat minta diberi nasihat, Artha, yang memiliki mimpi untuk berkuliah di Turki.
Aku sangat bersyukur memiliki kalian sebagai teman online ku, Aku takjub dengan kegigihan dan mimpi kalian. Well, bagi seseorang seperti aku yang memiliki keinginan untuk merajut mimpi yang baru tidaklah muda.
Semoga kalian tetap menginspirasi ya!
Dan ketahuilah aku baru saja menjadikan kalian sebagai salah satu teman yang masuk kedalam nama2 sahabat yang kusebutkan dalam doaku.
Hmmm.... What a life ðŸ¤
Comments
Post a Comment