A Memory


    

     A Memory
By : Nadiana
17-04-2015

Samar-samar ingatanku mengingatmu kembali. Entah ini ingatan yang benar atau tidak, yang jelas aku merasa itu kamu.
Saat itu kita baru kelas X, awal masuk SMA, sepertinya masih masa MBPDB.
“Aku seneng deh, liat cowok itu...” seru Kiki, temanku. Teman yang memiliki nama yang sama sepertiku. Hanya kami berada dikelas yang berbeda, meskipun kami tinggal di komplek perumahan yang sama.
“Siapa?” tanya ku.
“Itu, itu, yang lagi nunggu bis. Aku kalau pulang suka liat dia, eh, ternyata kelasnya sebelahan denganku,” jawabnya dengan menunjuk ke arah kamu. Wajah kiki pun mulai memerah karena tersengat sinar matahari kala itu, aku heran, padahal dia tidak suka panas-panasan.
Aku pun melihat ke arah kamu, yang nampak samar di mataku. “Biasa aja,” kataku tidak antusias.
“Ckck, ganteng begitu dibilang biasa aja. Liat deh, tinggi badannya aja udah kayak cover boy,” jawabnya tak mau kalah.
“Hmm..” aku tidak mau menanggapi orang yang sedang jatuh cinta. Pasti tidak akan mau kalah.
Ketika aku dan Kiki berjalan pulang karena tidak ada bahasan yang mau dibahas, akhirnya aku bertanya tentang kamu.
“Eh, cowok yang tadi itu, kamu bilang kelasnya sebelah kelas kamu? Berarti kelas X.7 kalau nggak X.9, iya kan?”
“Kelas X.9, kan kelasnya sebelah kelas aku banget. Kalau kelas X.7 mah kelasnya dibelakang kelas aku”
“Oh, iya, ya... Trus, trus, kamu udah tau namanya dong, kenalan dong pasti,”.
“Kalau itu, belum sempet. Biar waktu aja yang mempertemukan kita,”.
Sampai itu ingatanku. Aku tak pernah menyangka kalimat terakhir yang Kiki ucap itu nyata dan benar-benar terjadi padaku.
****
Entah kenapa aku tiba-tiba teringat seseorang. Seseorang yang amat jauh denganku, tapi entah kenapa aku merasa ingin dekat dengannya. Pertama kali aku melihatnya adalah saat aku baru menginjakkan kaki di SMA.
Saat itu masih masa MBPDB. Dan semua siswa baru sibuk mencari deretan nama mereka dikertas yang dicantumkan dijendela setiap kelas. Aku menemukan namaku dengan mudahnya. Karena aku mendaftar dihari terakhir, jadi aku dapat kelas yang paling akhir, X.9.
Saat itu juga aku melihat dia, yang juga tengah mencari namanya dideretan tersebut. Aku pun menghampirinya. Dan karena dia sedang tergesa-gesa, kami malah jadi tabrakan.
“Aduh, maaf, maaf...”
“Nggak apa-apa, lagi nyari kelas,ya? Boleh liat nomor pesertanya?”
“Oh,” kamu pun terdiam sebentar. Lucu melihatnya seperti itu. Dia pun akhirnya menunjukkan name tag, dan dari situ aku tau namanya, Kiki.
Dengan cepat aku beritahu kelasnya dimana. Karena nomor peserta dia ada diurutan 30 teratas. Pastilah di kelas X.1.
Sambil berlalu dia mengucapkan terima kasih... dan tersenyum. Manis sekali. Aku tak tahu apakah dia akan mengingatku lagi atau tidak. Karena dari yang aku lihat, dia sangat polos dan terlihat kuper.
Aku pun tak sengaja melihatnya kembali dihari terakhir masa MBPDB. Hari itu hari Sabtu. Aku melihat dia dan –mungkin- temannya yang berada disebelahnya. Kala itu aku hendak pulang naik bis, karena rumahku jauh dan tidak ada teman yang searah denganku, akhirnya aku selama seminggu ini naik bis karena tidak diizinkan untuk membawa sepeda motor disekolah.
Sangat jelas dimataku itu dia. Dengan wajah polosnya dia berbincang-bincang dengan temannya. Aku suka wajah polosnya. Terlihat sangat natural dibanding dengan perempuan disebelahnya, yang dari penampilannya saja sudah terlihat dewasa.
Setelah hari-hari itu, aku jarang melihatnya. Kadang aku melihatnya hanya lewat didepan kelasku menuju kamar mandi. Meskipun begitu, aku selalu terpesona ketika melihatnya. Entah, dulu aku tak mengerti. Aku hanya mengikuti apa yang aku rasakan.
Aku tak pernah tau, perasaanku terus tumbuh hingga akhirnya waktu mempertemukan kami di kelas yang sama setahun kemudian, dan mengakhiri masa SMA sekelas dengannya.
Awal dan akhir yang sama. Dia.
****
END
Don't copas, please!!!

Comments

Popular Posts