Sebuah Perjalanan


Perlahan langkah menelusuri jalan setapak.
Tak ada yang lain bukan berarti benar-benar sendiri. 
Ada banyak orang dikejauhan sana yang selalu mendukung. 
Namun kesendirian ternyata berpengaruh terhadap kondisi psikologis.
Dan dari situlah semuanya berubah. 
Mulai dari kebiasaan menjalar sampai tingkah laku. 
Aku tidak tahu, apakah sifatku berubah atau tidak. Hanya orang yang mengenalku yang mengetahuinya. 
Lambat laun, hal itu berpengaruh pada impianku. Aku tidak tahu sebesar apa pengaruhnya, namun kusadari bahwa impianku yang kutargetkan masih belum terwujud juga.
Dan honestly, semua ini membuatku tertekan dan membuatku tidak fokus pada apapun yang ku lakukan.
Aku bahkan takut pada nilai-nilai ku semester ini.
Perasaan takut itu kian mengembang layaknya balon yang sedang ditiup. Iya, balon. Bukankah apabila terus ditiup, justru balon tersebut dapat meledak?
Dan disinilah aku, merasakan ledakan itu yang terasa menghujam tubuhku. 
Aku tahu, aku harus segera menyelesaikan (permasalahan) ini. Namun, yang aku tau hanyalah kata tanya "bagaimana" tanpa mengetahui jawabnya. 
Sekarang, aku hanya memulai perjalananku dengan langkah perlahan. Sekitar 2,5 tahun lalu, aku pernah mengatakan bahwa aku telah sampai di sebuah gerbang dalam sebuah perjalanan, yang aku tahu gerbang itu masih ditutup dan hanya gembok yang tersisa.
Selama kurun waktu itu (sampai sekarang), aku terus mencari kunci pasangan gembok itu, tanpa aku sadari bahwa gembok yang mengunci gerbang tersebut semakin keropos.
Lalu aku harus apa sekarang? 😢 
  
Dibawah senja dalam perjalanan menuju rumah.
Jatinangor - Pandeglang, 28 Desember 2016
6.13 PM.
Jalur Cikampek-Padalarang Nagrak Darangdang Kabupaten Purwakarta

Comments

Popular Posts