Kelam : Sepi diantara Kedinginan, Kebingungan dan Kerinduan

Sumber gambar : data.whicdn.com

Sore ini, dingin terasa menusuk kulit. Mendung yang tiba-tiba muncul membuatku harus berteduh di basement masjid kampus. Hujan, entahlah aku selalu membenci hujan dikala seperti ini. Seperti yang sudah sudah.

Sepi ini terasa menusuk dikala basement  ternyata dipenuhi oleh ratusan mahasiswa yang tengah sibuk bercengkrama membahas organisasi, tugas ataupun sekedar menunggu unduhan drama bersama teman. Aku disini hanya sendiri, duduk tepat ditengah basement. Karena hanya disinilah yang sepi.

Pernah merasa dirimu sangat-sangat terpuruk? Entah itu karena kehidupan sosialmu, teman-temanmu, keluargamu, keadaanmu, keuanganmu, bahkan masa depanmu?
Disitulah sekarang aku rasakan.

Begitu takutnya aku, sampai aku selalu bertanya-tanya aku harus bagaimana?
Tanpa ada yang pernah menjawab. Yah, sangat jelas aku bingung harus bertanya pada siapa.
Mulai dari mana aku harus bercerita?

Entahlah, dari awal semester 7 ini, semenjak aku melangkahkan kakiku dari rumah menuju kampusku berada, aku merasa tidak bernyawa. Rasanya beraaaaat sekali untuk pergi. Masih ingin berlama-lama di rumah. Aku pun mendengar Mamah bicara kepada Bapak bahwa aku terlihat kosong untuk pergi. Aku tidak merespon, pura-pura tidak mendengar, rasanya ingin sekali tangis keluar. Dan akhirnya tangis pun pecah selama perjalanan Serang-Cileunyi. Betapa tidak, kala itu adalah 2 hari setelah Bapak mengalami kecelakaan, mobil tangki yang dijadikan sumber penghasilannya rusak. Akhir-akhir ini juga Bapak selalu mengalami keadaan seperti itu, yang membuat beliau sulit mengirimkan uang padaku.

Padahal, ingin sekali rasanya aku pulang ke rumah, melihat keadaan keluarga disana. Melepas kesesakan tugas-tugas yang ada di kampus. Melepaskan semua kepenatan. Tapi lagi-lagi itu hanyalah sebuah keinginan belaka, karena keterbatasan waktu libur dan utamanya adalah ongkos. Bagaimana tidak, sampai sekarang pun uang kost belum mampu ku lunasi Rp.850.000 lagi yang seharusnya sudah 12 Agustus lalu. 2 hari kedepan adalah tanggal 12 November. Artinya 3 bulan lewat dari masa yang seharusnya dibayarkan. Itu pun harus dicicil sedikit demi sedikit.

Belum masalah tugas akhir ku. Draft usulan penelitian sampai saat ini masih juga belum kuselesaikan. Entah itu karena rasa malas sampai pikiran-pikiran yang berkecamuk di otakku. Lalu berkaitan dengan itu, partner TA ku malah jadi berburuk sangka terhadapku karena merasa aku tidak suka padanya dan selalu menghindarinya. Jujur, aku sangat malu kepadanya karena presentasi usulan penelitiannya jadi molor akibat menunggu aku menyelesaikan draftk. Bukan aku juga tidak suka padanya, aku hanya punya masalah yang aku pun bingung menyelesaikannya.

Teman-teman lain yang sudah melakukan presentasi usulan penelitian sebenarnya membuatku iri sekaligus takut dan justru malah membuatku merasa tertekan.

Oh ya, 2 minggu lalu aku mendaftarkan diri untuk ikut pelatihan iso yang biayanya Rp.300.000. Dari awal aku sudah mengatakan kepada salah satu mamang-ku agar membiayai pelatihan itu, dan beliau pun sudah mengizinkannya. Beberapa bulan lalu juga aku sudah mendaftarkan diri untuk ikut workshop modelling yang diadakan oleh Dnoora dengan biaya Rp.350.000, aku pun akhirnya bayar. Namun, acara workshop tersebut diundur karena satu dan lain hal dari 14 Oktober menjadi 5 November. Sangat kebetulan sekali, dosen pembimbing keduaku menyarankan agar aku mengikuti pelatihan XRD di tanggal 4-5 November, hingga akhirnya workshop Dnoora yang di Bandung akhirnya harus dibatalkan mengingat keterbatasan peserta yag berkurang akibat pengunduran jadwal. Kak Icha selaku narahubung pun kemudian menghubungiku dan bertanya no.rekening untuk refund biaya pendaftaran. Aku ingat sekali, Kak Icha menghuungi ku di tanggal 2 November, dan mengatakan akan ditransfer hari Jumat sorenya (3 November). Karena hal tersebut, akhirnya aku mengatakan ke mamang kalau untuk biaya pelatihan iso aku tidak jadi memintanya karena sudah ada (dari uang refund Dnoora).

Namun, sangat disayangkan sampai hari ini pun (10 November) refund belum dtransfer akibat keterbatasan Kak Icha yang sedang ada di Purwakarta dengan hp yang tengah rusak dan atm yang sedikit disana. Mengingat keadaannya yang seperti itu, sebenarnya aku sangat memaklumi. Namun, apa daya, pada hari selasa lalu (7 November) hp ku entah kenapa tiba-tba tidak bisa menyala. Memang, sudah beberapa minggu terakhir hp yang layarnya sudah retak akibat kecelakaan (aku terjatuh dari ojek dengan hp yang terlempar) itu harus di-charge dengan charger kodok, hingga akhirnya pada hari itu hp itu sudah tak bernyawa. Tau apa yang aku bingungkan? Hp-ku mati, tidak bisa menghubungi siapapun, uang refund belum juga ditransfer, belum bayar biaya pelatihan iso yang diadakan besok (11-12 November). Lalu aku harus bagaimana?

Uang dikantongku sekarang hanya tinggal Rp.1200. Aku belum makan nasi selama seminggu terakhir ini. Ya, sekedar makan mie saja. Hari ini seingatku, aku hanya makan 1 gorengan yang diberikan oleh melani secara cuma-cuma, entah karena dia melihatku seperti kelaparan (mungkin). Kemarin ppun aku hanya makan sekali mie instan di malam hari dengan makan 2 potong biskuit yang masing masing dari Kania dan Miru. Sangat bersyukur sekali.

Tapi sekarang aku harus bagaimana?

Mamah, Bapak, na harus gimana sekarang?

Tapi ada yang harus aku syukuri hari ini. Setidaknya, aku hari ini jadi mengumpulkan PKM (meski aku tau itu harusnya masih ada yang harus di revisi), mengingat sebelumnya aku sudah hopeless untuk tidak mengumpulkan dan berniat memasrahkan diri untuk mendapatkan nilai B di mata kuliah PPI karena tidak mengumpulkan PKM. Semoga dengan ini, hal itu (PPI B) tidak terjadi dan menjadi A.

Yah, meski sekarang kedinginan, kebingungan, dan kelaparan ditengah hiruk-pikuknya manusia-manusia sibuk ini. Alhamdulillah, ada rasa syukur yang terselip dibaliknya.

Satu yang belum kuceritakan. Tentang masa depanku. Jadi begini…

Di departemenku ada program baru yaitu program fast track dimana penutupan tanggalnya sampai 23 November. Sayang sekali sebenernya jika tidak ikut, meski akreditasi magister disini masih B, tapi sudah terbukti para lulusannya dapat melanjutkan S3 keluar negeri. Sayang juga biaya per semester yang begitu mahal yaitu Rp.9.500.000, yang sebenernya dibayar (hanya) 2 kali saja. Bapak juga sudah mengizinkan. Tapi aku sangat tau keadaanku yang sekarang, keadaan bapak yang juga sedang tersendat di bisnisnya itu, adikku yang tahun depan akan memasuki SMA yang otomatis membutuhkan biaya lebih banyak, terlebih kost-an ku yang hingga kini belum terlunasi. Hal tersebut membuatku sangat hopeless hingga akhirnya aku tidak mengikuti wawancara program tersebut dengan jurusan hingga membuatku sangat menyesal sekarang ini. Dan aku baru sadar juga setelah perkataan melani (ketika pulang bersama tadi sore) yang mengatakan pasti disetiap provinsi pemerintahnya mengeluarkan beasiswa, aku bisa coba mencari dan mencoba mendaftarkan beasiswa itu, karena beasiswa LPDP belum bisa akibaat akreditasi magister yang masih B. Sesal selalu ada di akhir memang. Semoga hari senin nanti, aku memiliki keberanian untuk menghadap ketua prodi untuk mengatakan aku bersedia ikut program tersebut, masih bisa mendaftar dan meski terkendala leh biaya.

Tak terasa kumandang azan Maghrib sudah terdengar, yang menandakan sudah sekitar 2 jam aku duduk sendiri disini.


Jatinangor, 10 November 2017, pkl .17.75
Sendiri, ditengah basement MRU meratapi kelamnya beberapa waktu terakhir.

Comments

Popular Posts