Catatan 18 November 2021

15 November kemarin aku ikut Nobar gratis dengan Paranti FM. Judul film-nya "Perjalanan Pertama".
Simple sih alasannya. Selama pandemik belum pernah nonton film di bioskop lagi. Dan ketika ada promo nobar, gratis pula, apapun filmnya, nonton lah pasti. Sambil jalan-jalan juga, refreshing, dan menghilangkan penat. Jadi awalnya, emang excited nonton karena gratisnya, bukan karena filmnya. Bahkan aku ga baca alur cerita ataupun trailernya. Flow aja gitu nontonnya.

Tapi pas nonton, wah... Ga nyesel sih. Filmnya keren banget, kaya akan makna sampe bikin aku nangis terharu.

Ceritanya sebenernya ringan dan sederhana, sesuai judulnya, "Perjalanan Pertama", bener-bener perjalanan pertama antara sang kakek yang biasa dipanggil Gae Tan dan sang cucu, the one and only, Yahya, yang masih SD. Latar tempatnya kayaknya sekitar daerah Sumatra, karena latarnya kental dengan adat, bahasanya juga khas banget. Sampe aku yang ngedengernya, sebenernya agak aneh, karena emang ga terbiasa dengan cara bicaranya itu (fyi, bahasa lingkungan sehari-hariku adalah sunda dan indonesia).

Ceritanya bertempat di desa kelahiran asal Gae Tan, penggambaran latar daerahnya bagus banget memperlihatkan pemandangan yang kaya akan hutan dan sebuah desa yang indah, Gae yang seorang pengrajin logam (pengrajin logam bukan sih? Soalnya diceritanya katanya suka bikin cincin gitu buat mahar pernikahan), hari itu mendapatkan sebuah proyek yang sangat bermakna dari seorang Tuan Muchtar dari kota lain, yaitu mahar pernikahan. Sangat bermakna disini, karena, si pembeli tidak mengatakan spesifik barang apa, melainkan katanya apapun yang sangat bermakna untuk dijadikan mahar pernikahannya. Si Gae pun tersenyum mendengarnya, karna sudah lama katanya, tidak membuat sesuatu yang bermakna. Dari sini nih, salah satu kunci ending dari film yang akan bisa menguak kisah Gae Tan ini.
Lalu, Gae pun memecahkan keramik dan kemudian membuat lukisan atau sebuah art dari keramik tersebut. Orang-orang disekitarnya pun, mengagumi karyanya itu. Bahkan, Nurma, si  kolektor galerinya pun, mengatakan kalau ini pertamakalinya dia selama 8 tahun Gae Tan tinggal disini, melihat lukisan karya si kakek.

Karena karyanya sangat bermakna untuk dijadikan pernikahan, Gae pun ingin mengantarnya sendiri ke desanya Tuan Muchtar tinggal. Kemudian dari sini nih, perjalanan pertama antara Gae dan Yahya dimulai, perjalanan mengantarkan lukisan karyanya Gae menuju desanya si pembeli di Bukit Gadang.

Fyi, hubungan Gae dan Yahya disini awalnya renggang, karena Yahya yang meski masih kecil tapi pintar, ingin sekali tahu mengapa kakeknya tidak pernah jujur memberi tahu siapa nama kedua orang tuanya, apakah mereka meninggal atau masih hidup, kalau meninggal, meninggal karena alasan apa, kalau masih hidup kenapa mereka meninggalkan Yahya sendiri bersama kakek. Bahkan ketika Yahya bertanya pada tetangganya pun, orang-orang sekitarnya tidak tahu, karena menurut mereka Gae Tan sangat misterius, mereka tidak tahu apapun tentang Gae Tan setelah pergi meninggalkan desa, apa pekerjaan sebelumnya, bagaimana rupa istri dan anaknya, dan kenapa tiba-tiba Gae datang kembali hanya berdua bersama sang cucu. Karena kebohongan Gae, membuat sikap Yahya dingin dan sedikit ketus pada kakeknya sendiri, tapi meskipun begitu, sepanjang film kita bisa melihat kehangatan keluarga antara kakek dan cucu ini. Seperti, contohnya, bagaimana Yahya, yang meskipun ketus, akhirnya mau juga diajak kakek mengantar lukisan dengan mengendarai vespa lama sang kakek, dan akhirnya pergi bedua sambil tersenyum.

Perjalanan diawali oleh Gae yang awalnya berangkat sendiri (karena katanya Yahya tidak mau ikut), Yahya yang menengok dari bingkai jendela pun melihat motor yang bannya kempes itu. Ngga berapa lama, scene beralih dimana Gae sedang memompa ban motornya di rumah salah satu teman Yahya, lalu Yahya tiba-tiba muncul sudah dalam keadaan berganti pakaian. Lalu sama halnya seperti tadi, ada saja rintangan kecil selama perjalanan, setelah ban kempes, kemudian mesinnya tiba-tiba mogok dan mereka pun mampir di bengkel. Sambil menunggu motor diperbaiki, Gae mengajak Yahya untuk makan siang di sebuah warung makan. Selepas itu, ketika hendak melanjutkan perjalanan, lukisan karya Gae menghilang, menurut si pemilik bengkel sepertinya ada mobil pick up hitam yang mengambilnya. Dari sini nih, perjalanan yang awalnya hanya mengantarkan lukisan, berubah jadi perjalanan bertualang mencari mobil pickup yang membawa lukisan. Dengan bermodal omongan si pemilik bengkel, mereka pun memulai perjalanan.

Selama perjalanan ini nih yang bikin seru, mulai dari kakek yang salah mengikuti mobil pickup hitam, lalu tiba di sebuah kampung yang sedang melakukan upacara adat yang menurut Gae bertentangan dengan syariat Islam dan bahkan masyarakat setempat marah hingga Gae kabur dengan vespanya dan bahkan lupa meninggalkan Yahya sendirian di kampung tersebut, Yahya pun mengejar Gae dengan kereta kerbau (gatau namanya apa 😂). Mencari ke semua galeri yang ada dikota itu, tapi bahkan lukisannya tak nampak juga. Satu-satunya harapan adalah lukisannya berada di sebuah pameran seni, Mahyra's Art Sale (kalo ga salah namanya) yang sedang mengadakan pelelangan.

Dari situ nantinya akan terjawab semua pertanyaan Yahya yang selama ini tak pernah didengarnya dari sang kakek. Mulai dari siapa orangtuanya, kenapa, dan bagaimana Yahya akhirnya tinggal berdua bersama Gae, bahkan siapa Gae sebenarnya yang menurut orang-orang desanya misterius.

Kemudian sampai di ending film, wah aku ga bisa berkata-kata. Aku gatau endingnya bakal kaya gitu. Perjalanan itu benar-benar menjadi perjalanan yang sangat berharga dan kalau aku jadi Yahya, itu bahkan akan menjadi perjalanan yang penuh dengan kenangan dan ga akan aku bisa aku lupakan selama hidupku. Dan buat kakek, utamanya, itu akan menjadi perjalanan yang sangat-sangat berarti baginya dan benar-benar membuatnya  bahagia, karena menambah kedekatan antara dia dan cucunya.

Mau tau apa lukisan Gae Tan bakal tetap sampai ke Bukit Gadang? Aku bakal jawab, tetap sampe kok, tapi prosesnya itu loh mengharukan banget. Beneran ini alasan kenapa film ini dikasih judul "Perjalanan Pertama". Dan emang beneran perjalanan pertama bahkan terakhir mereka selama didunia ini.

Secara keseluruhan film ini aku rekomendasiin banget buat ditonton sama keluarga.

Pengambilan gambarnya sederhana, sangat menonjolkan kekayaan alam desa tersebut. Pemandangan warganya juga sangat natural sekali. Karakter Yahya, menurut aku agak kurang natural mengenai aktingnya, tapi mungkin juga karena karakter dia yang dalam cerita bersifat agak ketus terhadap kakeknya.

Sosok Gae Tan menurut aku agak mirip dengan karakternya Hong Dushik dari Drama Korea Hometown Chachacha (para penikmat drama korea pasti tahu), sama-sama kembali ke kampung halamannya dan para tetangga tidak tahu pekerjaan dan apa yang mereka lakukan sebelum kembali ke desa, dan membuat mereka berdua menjadi sosok misterius dan dikenal baik oleh seluruh warga desa. Tentu alasan dibaliknya berbeda, karena judul bahkan negaranya saja berbeda, bahkan berbeda tipe, yang satu film, yang satu drama. Tapi selain itu, persamaan dari Perjalanan Pertama dan Hometown Chachacha juga sama-sama kaya akan makna cerita didalamnya.

Di sepanjang film juga, ada beberapa adegan lucu yang bisa membuat satu ruangan bioskop yang kutempati riuh akan tawa dari para penonton, adegan-adegan itu tersebar dari awal hingga akhir film. Salah satunya adalah, ketika Yahya menyusul Gae yang sedang memompa ban, dan teman Yahya yang sedang memompa ban bertanya mau kemana pada Yahya, tapi Yahya hanya menjawab "Tak taulah Gae" (mirip seperti itu, tapi lupa kalimat aslinya apa😂). Atau adegan ketika Yahya yang sudah berangkat dengan Gae naik motor (setelah memompa ban), berpapasan dengan Zakia, teman Yahya, anak perempuan (kalo ga salah di adegan bilang kalau masih kelas 1 SD) yang kebetulan adegannya menggambarkan Zakia ini mau pindahan, tatapan antara Yahya dan Zakia yang sedih seperti tidak ingin berpisah ini bikin ketawa 🤣. Ada lagi, percakapan antara Yahya dan Gae yang mendorong vespanya ketika mogok, Yahya mengatakan "harusnya semuanya diperiksa dulu, Gae", dan Gae menjawab "Ga bisa diprediksi". Percakapan sederhana, tapi kalau kalian nonton adegan percakapan itu terlihat sekali kekeluargaannya.

Ada juga adegan-adegan satir yang ditampilkan. Yang aku inget, salah satunya satunya adalah pada awal film saat mencoba menampilkan kondisi desa, dimana saat itu sedang masa pemilu dan ada percakapan diantara warganya, ada yang mengatakan "beliau hanya ingin keliling indonesia dengan penataran2". Atau ada juga ketika ada adegan seorang ibu yang kehilangan anaknya, tapi sang ibu tidak sadar, dan pas ketemu anaknya, malah selfie bareng biar bisa posting cerita di story dan feed instagram.

Selain lucu, ada juga adegan dark jokes menurutku. Salah satunya yang ku ingat adalah ketika seorang anak dimarahi ibunya karena makan kue, adegan itu lucu tapi jadi bikin sedih ketika Yahya yang melihat itu mengatakan "pasti bahagia sekali bisa dimarahi ibu".

Salah satu makna yang tersirat yang bisa diambil dalam film ini adalah "berlian dimanapun akan tetap menjadi berlian",  "penyesalan itu selalu ada di akhir dan keluarga adalah segalanya, jadi selama keluargamu berada disampingmu kebahagiaan itu sebenarnya tak perlu dicari", dan banyak juga yang lain sebenernya yang ga bisa aku sebutkan, karena setiap adegan di film menurutku mengandung makna. Jadi daripada aku jabarin satu persatu, alangkah lebih baik kalau menonton filmnya langsung!

Kalau aku punya kesempatan lain, rasanya ingin juga rewatching filmnya!

Oh iya, film Perjalanan Pertama juga terpilih pada Jogja - Netpac Asian Film Festival 2021 @jaffjogja, untuk berkompetisi dalam program Indonesian Screen Awards. Yuk dukung film Indonesia!

Comments

Popular Posts