Puasa dalam Perspektif Psikologi
Healthy Talk #3 Edisi Ramadhan tema "Puasa dalam prespektif psikologi"
Oleh Ika Puspitasari, S.Psi
Dalam Q.S Al-Baqarah ayat 183 dijelaskan bahwa:
Hai orang-orang yang beriman, bukan untuk orang-orang yang Allah ciptakan saja, melainkan dikhususkan untuk orang-orang yang beriman. Jadi diwajibkan untuk orang-orang beriman berpuasa di bulan Ramadhan.
Kemudian disebutkan juga bahwa apabila kita bertakwa akan dijanjikan surga, sebagaimana dalam Q.S Ali-Imran ayat 15.
Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta rida Allah. (Q.S Ali Imran:15)
Apa kaitannya puasa/shaum dengan psikologi? Nanti kita juga akan membahas kaitannya dengan ketahanan fisik, mental dan puasa. Ada 7 komponen.
1. Puasa dan Ketahanan Fisik
Seperti yang kita tahu bahwa puasa itu kita mulai dengan sahur dari sebelum matahari terbit hingga berbuka puasa saat matahari terbenam (maghrib). Total waktu puasa di Indonesia sekitar 14 jam.
Selama waktu tersebut apakah orang yang berpuasa diperbolehkan untuk beraktivitas fisik?
Berdasarkan penelitian dari Jurianda 2005, bahwa orang yang berpuasa dengan kerja fisik tidak memberikan pengaruh yang buruk terhadap kadar glukosa darah, sebaliknya berpuasa dengan kerja fisik tetap memberikan kestabilan kadar glukosa darah normal. Kerja fisik pada saat berpuasa akan menjaga daya tahan tubuh sehingga komposisi ideal yang kita inginkan dapat tercapai. Berpuasa bukan berarti menghalangi kita dari aktivitas-aktivitas fisik, seperti sekolah maupun bekerja. Jadi, tidak boleh ada alasan untuk tidak bersekolah maupun mengambil cuti saat berpuasa.
2. Meningkatnya Nilai dan Pengalaman Keagamaan
Artinya: "Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. (HR Ahmad)
Pada waktu berpuasa orang-orang didorong untuk beribadah dan beramal yang sebanyak-banyaknya. Orang-orang yang melakukan ibadah vertikal kepada Allah seerti berpuasa, shalat tarawih, witir, memperbanyak shalat sunnah, sering membaca Al-Quran, hal-hal tersebut akan meningkatkan nilai-nilai keagamaan. Selain itu, berpuasa berpotensi mengalami pengalaman keagamaan, seperti bertambahnya nilai-nulai religius yang kemudian tertanam dalam relung sanubari terdalam, tertanam dalam hati atau qalbu setiap manusia yang kemudian mengalami hal-hal yang menggetarkan dan menakjubkan yang berlangsung sekejap atau lebih lama kurun waktunya, itu bisa jadi kita sadari atau tidak kita sadari.
Ini ditandai dengan semakin bertambah semangatnya untuk melakukan hal-hal baik, menambah kualitas dan kuantitas dalam breibadah kepada Allah.
“Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung ”. (HR Bukhari dalam Shahihnya: 7/226 dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
Semua ibadah anak adam adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa, karena puasa dilakukan untuk Allah dan Allah yang kemudian akan memberi pahala untuknya secara langsung.
Ada 2 kegembiraan untuk orang yang berpuasa.
Pertama saat berbuka puasa atau iftar
Kedua saat bertemu dengan Tuhannya, dengan Allah.
Pada saat itulah ia akan menemukan riang dengan puasanya
3. Meningkatkan Nilai Sosial
Jika sebelumnya membahas hubungan vertikal atau hablumminallah, hubungan manusia dengan Tuhan-nya, dengan Rabbnya. Kali ini tentang puasa meningkatkan nilai sosial, artinya ini berkaitan debgan ibadah horizontal yaitu kepada sesama manusia atau hablumminannas.
Beberapa contoh hal yang bisa kita lakukan, seperti memberi infaq, menyerahkan zakat fitrah, kemudian zakat mal, mengganti ketidakmampuan berpuasa dengan fidyah,dsb.
"Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qur'an. Dan kedermawanan Rasulullah Saw melebihi angin kencang yang bertiup." (Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu Abbas)
Suasana berpuasa bisa mendorong orang beramal bagi kesejahteraan dan kebaikan orang lain yang lebih dari hari-hari sebelumnya, lebih dari bulan-bulan sebelumnya. Kekuatan puasa di bulan Ramadhan ini dapat menghidupkan atau memperkuat nilai-nilai hidup sosial agama dengan proses pengulangan. Karena pengulangan ini dilakukan secara terus menerus hingga memberi bekas yang relatif menetap dalam diri seseorang. Berdasarkan penjelasan itu maka kita disarankan untuk menambah sifat-sifat atau akhlakul karimah kita dengan cara berbagi kepada sesama, sehingga dengan keviasaan-kebiasaan itu maka kita bisa menjadi hamba Allah, menjadi manusia yang lebuh peka, lebih aware, lebih memiliki empati sosial yang tinggi kepada orang-orang disekitar kita, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lain.
4. Meningkatkan Kontrol Diri
Kontrol diri adalah kemampuan seseorang atau individu untuk membantu mengarahkan dan mengatur perilakunya dalam menghadapi stimulus sehingga menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, atau semacam respon dari aksi yang ingin atau yang sesuai dengan kehendak kita.
“Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah, ‘Aku sedang berpuasa” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah : Rasulullah SAW bersabda, ”Puasa adalah perisai (dari api neraka). Maka, orang yang berpuasa janganlah berhubungan badan dengan istrinya atau berbuat jahil, dan apabila seseorang memaki atau mengajak berkelahi, katakan kepadanya, “Aku sedang berpuasa.
Nabi saw menambahkan “Demi Zat yang berkuasa atas nyawaku, sungguh bau mulut orang puasa itu lebih wangi menurut Allah daripada bau misik.” (Diriwayatkan Imam Bukhari)
Perkataan Allah terhadap orang-orang yg berpuasa. Ia tidak akan makan dan minum, dan meninggalkan nafsunya semata-mata karena Allah. Puasa adalah untuk Alah dan Allah yang akan membalasnya. Setiap kebaikan akan dibalas 10x lipatnya.
Berpuasa di bulan Ramadhan melatih diri kita untuk bersabar, menahan diri dan mengendalikannya dari stimulasi atau stimulus berupa makanan, minuman, dorongan seksual, kemarahan, berdusta, memfitnah, melakukan sumpah palsu, berkata kotor, munafik, menggunjing, ghibah, berbuat dusta selalu. Pada intinya kita menahan diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah.
Tentang bagaimana orientasi keagamaan, khususnya ketika berpuasa, itu berkaitan dengan kenyataan hidup yang mungkin seringkali terjadi di sekitar kita, semisal ketika kita kemudian ditantang ubtuk berkelahi atau kita menerima ucapan-ucapan yang menyakitkan hati, maka seseorang yang berpuasa ketika dia menerima stimulus-stimulus itu dia akan berusaha untuk mengontrol dirinya, untuk tidak merespon yang sesuai dengan hal itu, bukan respon dengam perbuatan-perbuatab yang tidak baik pula.
5. Meningkatkan Kreativitas
Berpuasa adalah salah satu cara untuk memperoleh ide yang briliant. Kok bisa?
Sebagaimana ahli-ahli yang mengatakan tentang teori kreativitas, seseorang yang terlibat dalam kreativitas kadang mereka lebih mudah mendapatkan suatu kunci atau kesimpulan dari permasalahan yang mereka hadapi, ketika mereka berada dalam situasi inkubasi (situasi saat sudah mentok) . Dalam situasi seperti ini, seseorang dapat mengerjakan aktivitas yang berbeda dafri aktivitas kreatjf yang mereka lakukan disambut dengan tahap enlightment atau pencerahan.
Aktivitas-aktivitas seperti itu bisa kita dapatkan ketika berpuasa. Saat kita berpuasa, beribadah shalat tarawih sunnah, atau aktivitas lainnya, itu dipandang penting karena kita percaya bahwa ide itu adalah milik Allah. Dan ketika otak kita yang berhubungan dengan kreativitas, juga berproses untuk membersihkan jiwa kita.
Pembersihan jiwa kita itu akan membuat kita lebih banyak beristifghfar, bertaubat sehingga mendekatkan cahaya berupa ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah. Dari kebersihan jiwa itulah, persoalan-perdoalan kreatif yang kita hadapi dapat kita tenukan penyelesaiannya atau pencerahan pemecahan masalahnya
6. Menurunkan Agresivitas
7. Meningkatkan Pengendalian Perilaku Seks
Manusia yang tumbuh saat fase baligh memiliki dorongan seksual yang meningkat. Dorongan itu berasal dari manusia dalam dirinya sendiri, atau stimulus-stimulus yg berasal dari luar dirinya, entah itu dari bagaimana dia melihat visual lawan jenisnya, melihat media sosial dll yg kemudian mampu meningkatkan dorongan seksualnya.
Telah menceritakan kepada kami ['Abdan] dari [Abu Hamzah] dari [Al A'masy] dari [Ibrahim] dari ['Alqamah] berkata; Ketika aku sedang berjalan bersama ['Abdullah radliallahu 'anhu], dia berkata: Kami pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang ketika itu Beliau bersabda: "Barangsiapa yang sudah mampu (menafkahi keluarga), hendaklah dia kawin (menikah) karena menikah itu lebih bisa menundukkan pandangan dan lebih bisa menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak sanggup (manikah) maka hendaklah dia berpuasa karena puasa itu akan menjadi benteng baginya". [HR Bukhari 1772]
Hadis riwayat Abdullah bin Mas`ud ra.:
Dari Alqamah ia berkata: Aku sedang berjalan bersama Abdullah di Mina lalu ia bertemu dengan Usman yang segera bangkit dan mengajaknya bicara. Usman berkata kepada Abdullah: Wahai Abu Abdurrahman, inginkah kamu kami kawinkan dengan seorang perempuan yang masih belia? Mungkin ia dapat mengingatkan kembali masa lalumu yang indah. Abdullah menjawab: Kalau kamu telah mengatakan seperti itu, maka Rasulullah saw. pun bersabda: Wahai kaum pemuda! Barang siapa di antara kamu sekalian yang sudah mampu memberi nafkah, maka hendaklah ia menikah, karena sesungguhnya menikah itu lebih dapat menahan pandangan mata dan melindungi kemaluan (alat kelamin). Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penawar bagi nafsu. (Shahih Muslim No.2485)
Nafsu itu berpusat dari dalam perut dan ketika seseorang berpuasa maka nafsu akan berkurang dayanya, perut manusia juga akan beristirahat sehingga nafsu atau dorongan seksual akan mengalami penurunan
Korelasi Positif
Orang yang Berpuasa => Sehat Mental
Dapat disimpulkan puasa memiliki korelasi yang positif dengan kesehatan mental, karena disampaikan bahwa ibadah puas karena Allah dapat memperoleh manfaat ganda yaitu mendapat pahala dan keuntungan lainnya berupa memperoleh ketenangan jiwa, mampu mengendalikan nafsu, untuk memperoleh kepuasan yang tidak terhingga, jadi beberapa bahasan diatas termasuk didalamnya adalah pengendalian diri, itu merupakan salah satu tanda jiwa yang sehat, karena seseorang yang mampu mengendalikan diri berarti dia memiliki mental yang sehat.
Sehat mental adalah dia yang mampu mencintai dirinya sendiri, berlandaskan pada kecintaannya terhadap Rabb dan Rasulnya.
Menjadi pribadi yang bahagia, pribadi yang sehat mental, beberapa ikhtiar yang bisa kita lakukan adalah dengan mendekatkan diri pada Sang Pencipta, salah satunya dengan berpuasa. Karena berpuasa dan sehat mental memiliki korelasi yang positif, maka mari kita maksimalkan ibadah di bulan suci Ramadan ini 😍
https://www.rmolbengkulu.id/manfaat-puasa-dalam-tinjauan-psikologi
Comments
Post a Comment