KAK: Baitul Maqdis for Beginners

 

Kajian Ahad Kesayangan -2-

Baitul Maqdis for Beginners


SESI 1
TERMINOLOGI & KONSEP:
MENGENAL TANAH SUCI DAN TANAH BARAKAH

Ustadz Ahmad Dawamul Muthi, STP, MA

https://youtube.com/live/C_tLrIrDw1Y?feature=share

Yang dinamakan Masjidil Aqsha adalah yang ada di dalam garis merah, kompleks sebesar 14,2 hektar.

Ustadz Ahmad Muthi
- Peneliti @Institutalaqsa
#KajianAhadKesayangan

Kita pahami:
Islam adalah agama yang suci.
Saat belajar Fiqih pun bab pertama adalah bab Thaharah.

Suci berasal dari akar kata:
ق د س
Quds ini bisa berarti suci, murni, sakral.
Para ulama tafsir pun mengatakan bahwa Quds ini bisa berarti barakah.

Apa makna Barakah?

Berkembang
Bertambah
Bermanfaat
Bertumbuh
Memiliki Dampak
Penggandaan

Keberkahan juga bisa berarti air. Wasilah asal kehidupan. Sebagaimana juga air hujan adalah suatu keberkahan.

TERMINOLOGI AL-QUR’AN

Masjidil Aqsha

Disebut satu kali secara spesifik di dalam Al-Qur’an Surah Israa ayat 1.

Satu dari dua masjid yang disebut langsung oleh Allah di dalam Al-Qur’an. Ini menandakan bahwa ini adalah masjid yang penting dan harus menjadi perhatian kita sebagai Umat Islam.



Al-Masjid Al-Aqsha: Baraknaa Hawlahu
Diberkahi sekelilingnya (dalam bentuk lampau). Artinya?  Masjid Al-Aqsha diberkahi bahkan sebelum peristiwa Israa’ Mi’raj. 

Lalu dari kata, “Baraknaa Hawlahu”, Prof. Abdul Fattah El-Awaisi menerjemahkan bahwa “Kami berkahi sekelilingnya” berarti:
Masjidil Aqsha adalah pusat dari keberkahan (yang mengelilingi).

TERMINOLOGI AL-QUR’AN

“Al-Ardhilatii Baraknaa”
“Negeri yang Kami telah memberkatinya.”

Terminologi ini ada di dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya ayat 81.
“Dan (telah kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke *negeri yang Kami telah memberkatinya*. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Di manakah Tanah Barakah ini? Ulama mayoritas cenderung mengatakan bahwa Tanah yang diberkahi adalah negeri Syam.
Negeri Syam adalah sebuah negeri yang saat ini dipecah belah oleh penjajah Inggris dan Perancis, yang saat ini kita mengenalnya dengan empat negara modern, yoitu: Palestina, Yordania, Suriah, dan Libanon.

Tanah Barakah yang dimaksud, menurut penelitian Dr. Khalid El-Awaisi adalah yang terlihat dalam peta ini.



TERMINOLOGI AL-QUR’AN

“Al-Ardh Al-Mubarakah”

Al-Qur’an Surah Al-Anbiya ayat 71, yang mengisahkan tentang hijrahnya Nabi Ibrahim oleh Allah (dari sebuah negeri yang saat ini bernama Irak) menuju sebuah negeri yang “Kami telah memberkahinya”.
- lagi-lagi bentuknya lampau yang menunjukkan bahwa negeri itu telah diberkahi.



TERMINOLOGI AL-QUR’AN

Kisah Nabi Musa dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raf ayat 137:
“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik [sebagai janji] untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.

Kisah Negeri Saba dalam Al-Qur’an Surah Saba ayat 18:
“Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu [jarak-jarak] perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman.”

Dari ayat-ayat Al-Qur’an di atas, yang menunjukkan kisah Nabi Sulayman, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Kaum Saba, maka Dr. Khalid El-Awaisi meneliti dan menggambarkan batas-batas Tanah Barakah.


Sehingga dari batas-batas tersebut, Prof. Abdul Fattah El-Awaisi menggambarkan sebuah batas-batas lingkaran barakah (lingkaran merah yang kecil di peta berikut).
Inilah wilayah yang diberkahi.

TERMINOLOGI AL-QUR’AN

“Al-Ardh Al-Muqaddasah”
Tanah Suci

Al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 21, menceritakan kisah Nabi Musa dan kaumnya yang diperintahkan oleh Allah untuk memasuki Tanah Suci (Al-Ardh Al-Muqaddasah).

“Hai kaumku, masuklah ke tanah suci yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.”



Namun, seperti yang kita ketahui, kaum Nabi Musa membangkang dan mendapat hukuman dari Allah, terlunta-lunta di sebuah wilayah yang saat ini dinamakan Gurun Sinai.

Catatan SESI 1 Oleh Ukhti Ira Maghfirah Abbas





Catatan Sesi 1 oleh  Kak Yolanda Gina Novita (@_rawjae)
https://drive.google.com/file/d/107hnla7Gz3Ne_zRim-xwpmnTHdYqnwLP/view?usp=drivesdk

Catatan Sesi 1 oleh Kak Mita Andari (@anda_journal)
Part 1
https://drive.google.com/file/d/10902lnoqxM9Gv2b2JcGUj0Xdsk6-eFhT/view?usp=drivesdk
Part 2
https://drive.google.com/file/d/10BXbnEUaKKgrlyvL2vj_PewyaXkYchrF/view?usp=drivesdk

Catatan Sesi 1 dari Kak Nila Septiani
(@readmindme)
https://drive.google.com/file/d/10bJmgIIQ4JVxHqhLcOrSQ0cisM1kU2gb/view?usp=drivesdk

-----

Teman-teman, sudah lebih dari 100 tahun Masjidil Aqsha terjajah. Penjajah zionis zalim dan gerombolan pemukim haram menyerbu, mengotori kesucian, berusaha merusak dan menghancurkan serta merebutnya.

Padahal, Masjidil Aqsha sangatlah penting dan berharga di hati umat Islam, baik di masa lalu, saat ini, maupun di masa depan.
Berukuran 14,2 hektar, tiap incinya adalah suci, barakah, dan perlu kita jaga.

Ustadzah Santi Soekanto telah sering menceritakan keutamaan Masjidil Aqsha di Kelas-Kelas Pengenalan Baitul Maqdis yang diadakan oleh @institutalaqsa dan @MajelisMaimunah:

- Masjidil Aqsha adalah satu dari dua masjid yang secara spesifik disebutkan namanya di dalam Al-Qur’an. Allah ‘mengembarkan’ Masjidil Aqsha dan Masjidil Haram dalam Surah Al-Israa’ ayat 1. 
- Rasulullah ﷺ menyejajarkan Masjidil Aqsha dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dan menunjukkan bahwa Beliau ﷺ mementingkannya dalam berbagai sunnah Beliau ﷺ.
- Masjidil Aqsha adalah kiblat pertama Umat Nabi Muhammad ﷺ.
- Di Masjidil Aqsha-lah pada malam Isra’ Mi’raj, 124 ribu Nabi dan Rasul yang pernah diutus di muka bumi,  mendirikan shalat berjamaah, diimami oleh Rasulullah ﷺ.
- Di Masjidil Aqsha banyak sekali jejak perjalanan dan kisah para Nabi dan Rasul.
- Kisah tentang keluarga terpilih, yaitu Ali ‘Imran dan Maryam binti ‘Imran pun sangat erat kaitannya dengan Masjidil Aqsha.
- Dan masih banyak sekali keutamaan yang Allah tetapkan atas Masjidil Aqsha.

Namun, akibat penjajahan yang zalim dan sistematis, ikatan hati dan jiwa umat padanya terurai, pengetahuan tentangnya terkikis.
Astaghfirullaah. Semoga Allah ampuni.

.......

SESI 2
MENAPAKI JEJAK 124 RIBU NABI DAN RASUL: RIHLAH MASJIDIL AQSHA

Ustadzah Santi Soekanto

https://youtube.com/live/GM62Q5e1Svs?feature=share

Di mana Masjidil Aqsha?
- Masjidil Aqsha terletak di kota Baitul Maqdis (yang saat ini disebut Jerusalem bagian timur), di pusat kawasan Baitul Maqdis. Besarnya 14,2 hektar dan ukurannya satu per enam dari Kota Baitul Maqdis.
- Dikepung oleh all important places in our Aqidah - bukan saja Tanah Haram dan Negeri Syam tapi juga kawasan-kawasan bersejarah.
- Seakan-akan Allah ciptakan The Continent of the Prophets (Benua Para Nabi) dengan dua episentrum: Ka'bah dan Masjidil Aqsha. Jadi sekali lagi, tidak kita katakan Middle East atau Timur Tengah.

Siapa?
- Nabi Adam 'alayhissalam dan para Nabi bermarkaz di Masjidil Aqsha.
- Dan pada malam Isra' Mi'raj, semua Nabi dan Rasul yang pernah diutus di muka bumi berkumpul di Masjidil Aqsha



Allah menetapkan risalah tauhid turun di tempat-tempat yang tercantum di peta ini. Saat ini disebut dengan nama Timur Tengah (terminologi barat). - Ustadzah Santi Soekanto



Di bagian selatan dari Kota Makkah, ini adalah tempat diutusnya Nabi Hud 'alayhissallam.




Lalu di Makkah adalah tempat diutusnya Nabi 'Ismail 'alayhissalam dan Rasulullah ﷺ.

Jazirah Arab adalah tempat diturunkannya Nabi Adam 'alayhissalam. Ada dua riwayat. Ada yang mengatakan di India, ada juga yang mengatakan di Jazirah Arab.



Di bagian utara, ada Lembah Hijr, tempat diturunkannya Nabi Shalih 'alayhissalam.




Lalu ke utara lagi:
Irak Kuno: tempat diutusnya Nabi Idris 'alayhissalam
Irak Selatan: tempat diutusnya Nabi Nuh 'alayhissalam
Ur: tempat diutusnya Nabi Ibrahim 'alayhissalam


Lalu di Mosul adalah tempat diutusnya Nabi Yunus 'alayhissalam



Kemudian kita lihat, ada Madyan, tempat diutusnya Nabi Syuaib 'alayhissalam.
Saat Nabi Musa 'alayhissalam melarikan diri dari kejaran orang-orang Fir'aun dan menyeberangi laut, maka Beliau 'alayhissalam lari ke kota Madyan. Yang kemudian bertemu dengan dua orang putri Nabi Syu'aib.

Kan'an atau yang saat ini disebut Palestina dan Yordania adalah tempat diutusnya Nabi Ishaq dan Nabi Yaqub. Lalu, Yordania adalah tempat diutusnya Nabi Luth.


Lalu di Hauran, suatu kota yang terdapat di Suriah adalah tempat diutusnya Nabi Ayyub 'alayhissalam. Damaskus pun saat ini adalah tempat diutusnya Nabi Dzulkifli, Nabi 'Ilyas dan Nabi 'Ilyasa alayhumussalam. Di Damaskus juga adalah tempat dimakamkannya Nabi Yahya 'alayhissalam.


Di Aleppo adalah tempat dimakamkannya Nabi Zakariyya 'alayhissalam.



Di Mesir adalah tempatnya Nabi Yusuf 'alayhissalam. Sementara di Gurun Sinai adalah tempat Bani Israil dihukum Allah, berputar-putar dalam keadaan kebingungan selama 40 tahun.



Lalu, di Baitul Maqdis adalah tempat diutusnya Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakaria, Nabi Yahya, Nabi 'Isa 'alayhumussalam.

Jadi terbayang oleh kita bagaimana Nabi Adam 'alayhissalam pertama kali membangun Ka'bah di Makkah, dan kemudian 40 tahun kemudian, Beliau 'alayhissalam melakukan perjalanan ke Masjidil Aqsha.

Dalam hadits disebutkan bahwa Sahabat Abu Dzar al-Ghifari bertanya kepada Rasulullah tentang Masjid yang pertama kali didirikan? Rasul menjawab: “Masjid al-Haram”, kemudian apa? “Masjid al-Aqsha”. Berapa jarak antara keduanya? “Empat puluh tahun”. (Terjemah Hadits Riwayat Bukhari-Muslim).




Masjidil Aqsha itu berukuran 14,2 hektar. Dan di dalamnya terdapat bangunan-bangunan. Bangunan-bangunan yang ada di atas Masjidil Aqsha ini dibangun 700 tahun yang lalu oleh Abdul Malik bin Marwan.


Catatan Sesi 2 oleh Kak Mita Andari (@anda_journal)

https://drive.google.com/file/d/10i6m1s5aFPA86kMvijuds8gxopJBABwJ/view?usp=drivesdk

Catatan Sesi 2 oleh  Kak Yolanda Gina Novita (@_rawjae)
https://drive.google.com/file/d/10iaChC9-S7ArdW4VLUTrCLF6yqM0_mYl/view?usp=drivesdk

Catatan Sesi 2 oleh Ukhti Ira Maghfirah Abbas









Berikut titipan jawaban mengenai Hadits ‘Auf bin Malik (sumber: @institutalaqsa)

Hadits Hitunglah Enam Perkara Menjelang Hari Kiamat

Dari 'Auf bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Aku mendatangi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pada waktu perang Tabuk saat beliau berada di dalam kubah kulit (kemah). Beliau bersabda, "Hitunglah enam perkara menjelang hari kiamat; yakni kematianku, pembebasan Bait al-Maqdis (masjidil Aqsa), kematian masal yang menimpa kalian seperti penyakit scrapie pada domba, melimpahnya harta hingga seseorang diberi 100 dinar namun masih murka, kemudian terjadinya fitnah yang tidak menyisakan satu rumah pun milik bangsa Arab kecuali dimasukinya, kemudian perjanjian damai antara kalian dan Bani Aṣfar (Romawi), lalu mereka mengkhianati kalian. Mereka datang membawa 80 panji, setiap panji membawahi 12000 tentara."   
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Bukhari

Uraian
Auf bin Malik datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pada waktu perang Tabuk saat beliau berada di dalam tenda dari kulit yang disamak. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadanya, "Hitunglah enam tanda dari tanda-tanda yang terjadi sebelum hari kiamat, yakni: kematianku, kemudian pembebasan Bait al-Maqdis (masjidil Aqsa). Dan ini telah terjadi di masa Umar -raḍiyallāhu 'anhu-. Kemudian wabah yang tersebar di tengah-tengah kalian sehingga banyak dari kalian yang meninggal dengan cepat sebagaimana merajalelanya wabah pada kawanan domba yang mengakibatkan kematian. Selanjutnya harta yang melimpah hingga apabila seseorang diberi uang 100 dinar ia masih marah, karena itu jumlah yang sedikit dalam pandangannya. Dikatakan pula, harta yang melimpah ini telah muncul di masa kekhilafahan Usman -raḍiyallāhu 'anhu- saat terjadi banyak kemenangan. Kemudian, terjadi satu fitnah besar yang tak tersisa satu pun rumah bangsa Arab kecuali dimasukinya. Dikatakan, fitnah ini adalah terbunuhnya Usman dan finah-fitnah yang berturut-turut terjadi setelahnya. Selanjutnya, perdamaian yang terjadi antara kaum Muslimin dan Romawi, namun mereka melanggar perjanjian dan menghianati kaum Muslimin. Mereka datang memerangi kaum Muslimin dengan membawa 80 panji, yakni bendera. Setiap satu bendera membawahi 12.000 tentara. Jadi total jumlah mereka adalah 960.000 tentara.
....
Teman-teman, ini adalah link video youtube untuk melakukan virtual tour_
ke*Masjdiil Aqsha dengan lebih detail (4K, Ultra-high definition, 360 derajat)

https://www.youtube.com/watch?v=Ol2LGO7Nl6c
....

SESI 3
MENELAAH KALAMULLAH TENTANG TANAH PILIHAN: BAITUL MAQDIS DI DALAM AL-QUR’AN

Ustadzah Ii Lathifah

https://youtube.com/live/NA9PG59yMNY?feature=share

Baitul Maqdis di Dalam Al-Qur’an

Surah At-Tiin

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 

وَٱلتِّينِ وَٱلزَّيْتُونِ
Demi buah Tin dan buah Zaitun

وَطُورِ سِينِينَ
Demi Gunung Sinai

وَهَـٰذَا ٱلْبَلَدِ ٱلْأَمِينِ
Dan negeri (Makkah) yang aman ini.

Ayat ini dimulai dengan huruf waw (و).
Dalam tata bahasa Arab merupakan huruf Qasam, artinya huruf waw yang digunakan untuk menyatakan sumpah.

Dalam Aqidah Islam, setiap manusia dilarang bersumpah kecuali dengan nama Allah: Demi Allah. 
Tetapi Allah bisa bersumpah dengan menggunakan  mahluk-Nya. 
Ketika Allah bersumpah dengan mahluknya, maka itu berarti bahwa mahluk tersebut adalah sesuatu yang agung.

Dalam surah ini, Allah bersumpah dengan buah Tin dan buah Zaitun.
Apa istimewanya buah Tin dan buah Zaitun?
Berkaitan dengan ini, ada beberapa pendapat:

Demi buah Tin dan buah Zaitun
- Merujuk pada nama buah Tin dan Zaitun
- Ada juga mufassir lain yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Tin dan Zaitun adalah tempat tumbuhnya. Buah Tin banyak tumbuh di wilayah Syam, sementara buah Zaitun tumbuh di wilayah Baitul Maqdis.
- Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa Tin dan Zaitun merujuk pada sebuah gunung di Syam dan Baitul Maqdis.

Demi gunung Sinai
Siniin dalam bahasa Arab berarti Mubarak atau berkah.
Berarti Sinai adalah gunung yang diberkahi.
Di gunung Sinai, Nabi Musa mendapatkan wahyu dan berbicara langsung dengan Allah subhanahu wa Ta’ala.

Dan negeri (Makkah) yang aman ini
Allah bersumpah demi negeri Makkah yang aman.

Buah Tin yang berada di Syam juga merujuk pada tempat Nabi Nuh ‘alayhissalam bermukim setelah banjir bandang dan diselamatkan oleh Allah. Dari sinilah keluarga Nabi Nuh menyebar sampai ke pelosok-pelosok bumi.

Sudah dijelaskan juga sebelumnya bahwa nama “Syam” berasal dari nama anak Nabi Nuh; yaitu Syam bin Nuh.

Kemudian, Gunung atau bukit Sinai adalah tempat Nabi Musa ‘alayhissalam menerima wahyu dan Makkah adalah tempat lahir dan diutusnya Nabi Muhammad ﷺ.

Pada ketiga ayat ini, Allah ingin menunjukkan bahwa di tempat-tempat inilah Allah menurunkan wahyu kepada nabi-nabi-Nya, yang mereka semua membawa risalah yang sama, yaitu risalah Tauhid untuk umat manusia.

Surah At-Tiin adalah surah Makkiyah, dan diturunkan di Makkah, yang mana pada saat itu buah Tin dan buah Zaitun tidak tumbuh di Makkah.
Pertanyaannya, “Mengapa Allah bersumpah demi buah Tin dan buah Zaitun? Sedangkan waktu itu yang mendengarkan adalah orang-orang Quraisy di Makkah.”
Ini menunjukkan bahwa Allah mengajak pada orang-orang Quraisy saat itu untuk mengarahkan pandangannya kepada Syam dan Baitul Maqdis.

Baitul Maqdis di Dalam Al-Qur’an*

Di antara keistimewaan Buah Zaitun juga disebutkan dalam Surah An-Nuur ayat 35

“Allah (pemberi) cahaya (pada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah lubang (pada dinding) yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang (yang berkilauan seperti) mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah memberi petunjuk menuju cahaya-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Pohon yang diberkahi adalah Pohon Zaitun yang tidak bisa dikatakan Zaitun Barat atau Zaitun Timur. Karena Baitul Maqdis merupakan kawasan yang berada di tengah-tengah bumi, dan zaitun tumbuh di perbukitan sehingga di saat pagi maupun sore selalu tertempa matahari. Karenanya, kualitas zaitunnya adalah kualitasnya yang paling baik. Bahkan di ayat ini, Allah menjelaskan bagaimana zaitun sebelum dibakar pun telah memancarkan cahaya.

Baitul Maqdis di Dalam Al-Qur’an

Surah Al-Maidah ayat 21:
“Wahai kaumku, masuklah ke tanah suci (Baitulmaqdis) yang telah Allah tentukan bagimu dan janganlah berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang-orang yang rugi.”

Ayat ini berbicara tentang Baitul Maqdis dengan menggunakan kata “Al-Ardhul Muqaddasah atau Tanah Suci”

Di sini Allah mengisahkan bagaimana Nabi Musa ‘alayhissalam mengajak kaumnya untuk hijrah ke Baitul Maqdis.

...
…masuklah ke tanah suci (Baitulmaqdis) yang telah Allah tentukan bagimu…

Dari kalimat ini, apakah memang berarti benar bahwa Tanah Baitul Maqdis memang dijanjikan untuk orang Yahudi?
Ternyata, tentu ini tanah ini tidak secara mutlak dijanjikan pada Bani Israil seumur hidup, sepanjang zaman. Tetapi dengan syarat, yaitu: Taat dan beriman pada Allah dan Rasul-Nya.
Ketika mereka tidak taat dan membangkan, maka keistimewaan ini diambil lagi oleh Allah.
Janji ini tidak hanya berlaku bagi Bani Israil. Kita mempelajari bahwa Baitul Maqdis sempat dibebaskan dan direbut oleh umat Islam pada Masa Umar bin Khaththab dan terus seperti itu sampai Daulah Abbasiyah. Lalu kemudian, saat itu Daulah Abbasiyah melemah dan pemimpinnya berebut kekuasaan, tidak menjalankan syariat. Maka Allah ambil lagi keistimewaan itu dari Umat Islam, saat terjadi perang salib.

Lalu, berhasil dibebaskan lagi di zaman Shalahuddin Al-Ayyubi sampai masa kesultanan Turki Utsmani. Saat kemudian orang-orang Turki Utsmani mulai hubbud dunia (cinta dunia) dan meninggalkan syariat, maka Allah ambil lagi keistimewaan itu.

Jadi siapa pun yang beriman dan taat kepada Allah, akan Allah berikan keistimewaan untuk membebaskan Baitul Maqdis.

Baitul Maqdis di Dalam Al-Qur’an

Surah Al-Baqarah ayat 58:
(Ingatlah) ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis). Lalu, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk dan katakanlah, ‘Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami),’ niscaya Kami mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Kami akan menambah (karunia) kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.”

Dalam ayat ini, kata Baitul Maqdis hanya tersirat dan tidak disebutkan langsung. Ayat ini juga menceritakan tentang Nabi Musa dan kaumnya.

Masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk: Maksudnya masuk ke Baitul Maqdis.

*Baitul Maqdis di Dalam Al-Qur’an*

Syam digambarkan sebagai Al-Ardhul Mubarakah (wilayah yang diberkahi) dalam ayat-ayat ini:

Surah Al-Anbiyaa’ ayat 71
“Kami menyelamatkannya (Ibrahim) dan Lut ke tanah (Syam) yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam.”

Surah Al-Anbiyaa’ ayat 81
“(Kami menundukkan) pula untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri berkah padanya. Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Surah Al-A’raf ayat 137
“Kami wariskan kepada kaum yang selalu tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi. (Dengan demikian), telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Kami hancurkan apa pun yang telah dibuat Fir‘aun dan kaumnya serta apa pun yang telah mereka bangun.”

Surah Sabaa’ ayat 18
“Kami jadikan antara mereka dan negeri-negeri yang Kami berkahi (Syam) beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di negeri-negeri itu pada malam dan siang hari dengan aman.”

Baitul Maqdis di Dalam Al-Qur’an

Surah Al-Israa’ ayat 1
“Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Perhatikan kata-kata “Kami berkahi sekelilingnya”.
Di sini para ulama menjelaskan bahwa ketika sebuah tempat sekelilingnya diberkahi, maka otomatis tempat yang dikelilingi itu adalah pusat barakah.

Masjidil Aqsha disebut pusat barakah karena di sinilah diturunkan nabi-nabi, dan di tempat inilah tanah-tanahnya sangat subur.

Dari Surah ini, Prof. Abdul Fattah El-Awaisi membentuk sebuah teori bernama:
Teori Geopolitik “Lingkaran Barakah”



Lingkaran Pertama: Baitul Maqdis adalah Pusat barakah, dan Masjidil Aqsha adalah pusat dari pusat barakah.



Lingkaran yang kedua: Al-Ardhul Mubarakah (Syam, Mesir, Aleppo - Suriah)



Lingkaran yang ketiga: Memanjang sampai Makkah dan sampai Turki.

Prof. Abdul Fattah El-Awaisi menyimpulkan teori ini dari ayat-ayat tadi yang dibahas:
1. Surah Al-Anbiyaa’ ayat 71
2. Surah Al-Anbiyaa ayat 81
3. Surah Al-A’raf ayat 137
4. Surah Saba’ ayat 18
5. Surah Al-Israa’ ayat 1
dan kemudian ditambah Surah At-Tiin.

Dari Teori Lingkaran Barakah maka Prof. Abdul Fattah El-Awaisi menyimpulkan bahwa ketika suatu daerah berada di lingkaran yang sama, maka keberkahannya berada di level yang sama. Dan setiap lingkaran membesar dan menjauh, maka keberkahannya semakin mengecil. 

Ringkasan Teori Geopolitik “Lingkaran Barakah”
1. Siapa yang mampu menguasai lingkaran pertama, maka ia bisa menguasai lingkaran ke dua.
2. Siapa yang mampu menguasai lingkaran ke dua, maka ia mampu menguasai lingkaran ke tiga.
3. Siapa yang mampu menguasai lingkaran ke tiga maka ia bisa menguasai dunia.

Catatan Sesi 3 oleh  Kak Yolanda Gina Novita (@_rawjae)

https://drive.google.com/file/d/10G-IOKjIo12bUuk7_ikIuhAlaKtoj-D4/view?usp=drivesdk

Catatan Sesi 3 oleh Kak Mita Andari (@anda_journal)

https://drive.google.com/file/d/10HsUsuXN5EMHg0p1gg0BwVSPyPjQiqTb/view?usp=drivesdk

Catatan Sesi 3 oleh Ukhti Ira Maghfirah Abbas







....

SESI 4
Bagaimana Manusia Teristimewa ﷺ mengistimewakan tanah suci:
BAITUL MAQDIS DALAM AS-SUNNAH

Ustadzah Atina Ummu ‘Ali

https://youtube.com/live/XjHjNxGaN5A?feature=share



Kiblat Ummat Islam dari masa Nabi Adam - Nabi Muhammad ﷺ

DUA MASJID YANG DIBANGUN NABI ADAM 'ALAYHISSALAM

Telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, telah menceritakan kepada kami Ibrahim Attaimi dari ayahnya, ia berkata: Aku mendengar Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu 'anhu berkata, "Aku bertanya kepad Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam: 'Masjid apakah yang pertama dibangun di muka bumi ini?' Beliau menjawab: 'Al-Masjidil Haram.' Dia berkata: aku bertanya lagi: 'Kemudian apa?' Beliau menjawab: 'Al-Masjidil Aqsha.' Aku bertanya lagi: 'Berapa lama jarak waktu antara keduanya?' Beliau menjawab: Empat puluh tahun. Kemudian di mana saja kamu berada dan waktu shalat sudah datang maka shalatlah. Karena, di dalamnya ada keutamaan'."

(Terjemah Hadits Riwayat Bukhari)

Penelitian Dr. Haitham Al-Ratrout: Masjidil Aqsha dan Ka’bah memiliki bentuk/kerangka yang ‘kembar'


Suatu tempat dapat disebut masjid bila ada: pembatas, penanda kiblat, dan harus bersih dari najis.


Masjidil Aqsha dari Masa ke Masa: Masa Nabi Adam sampai dengan Masa Nabi Muhammad ﷺ.

SYARAH FATHUL BARI
Ibnu Hajar AI Asqalani

Lama shalat di Madinah menghadap Masjidil Aqsha

Disebutkan dalam hadits bahwa Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam di Madinah shalat menghadap Baitul Maqdis selama enam belas bulan atau tujuh belas bulan sejak beliau berhijrah. Perbedaan jumlah bulan tersebut merupakan syak dari perawi karena ada beberapa perbedaan pendapat dalam beberapa riwayat.

Dari Abu Nuaim ia mengatakan "enam belas bulan" tanpa ada keraguan, dan begitu juga yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Al-Ahwash, dan Nasa'i dari riwayat Zakariyya Abu Zaidah, begitu pula Ahmad dengan sanad yang shahih dari Ibnu 'Abbas. Bazzar dan Tabrani meriwayatkan dari hadits Amru bin Al-Ash "tujuh belas bulan."

Al-Hafiz bin Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari mengatakan: mudah mempertemukan kedua riwayat (tentang bilangan bulan ini), yaitu dengan menggabungkan antara bulan kedatangan Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam ke Madinah Al-Munawwarah dengan bulan turunnya perintah mengubah kiblat, menjadi satu bulan serta mengabaikan sisa hari bulan tersebut. Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam sampai di Madinah pada pertengahan bulan Rabi'ul Awwal dan beliau diperintahkan untuk mengubah kiblat pada pertengahan bulan Rajab (pada tahun setelahnya). Orang yang menetapkan 17 bulan berarti menghitung kedua bulan tersebut (menyempurnakan bulan Rabi'ul
Awwal tahun pertama hijrah dengan bulan Rajab saat perintah perpindahan kiblat turun).

Keistimewaan Negeri Para Nabi:
NEGERI SYAM DIJAGA MALAIKAT

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhu dia berkata: "Kami pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam menghimpun Al-Qur'an dari lembaran-lembaran, lalu Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: 'Berbahagialah penduduk Syam.' Lalu kami bertanya, 'Karena sebab apa wahai Rasulullah?' Beliau menjawab: 'Karena para Malaikat membentangkan sayap di atasnya'."

(Terjemah Hadits Riwayat Ahmad)

Keutamaan Negeri Para Nabi: Malaikat-malaikat pembawa rahmah membentangkan sayap di atasnya.

Keistimewaan Negeri Para Nabi
PENDUDUK SYAM BAROMETER UMMAT ISLAM

Dari Mu'awiyah bin Qurrah dari bapaknya berkata: Rasulullah bersabda: "Jika penduduk Syam telah rusak maka tidak ada kebaikan lagi di antara kalian, akan senantiasa ada sekelompok dari ummatku yang diberi kemenangan, orang orang yang menelantarkan mereka (tidak menolong mereka) tidak akan membahayakan mereka, sampai hari Kiamat terjadi."

Keistimewaan Negeri Para Nabi:
POHON SURGA DAN SYAM

Dari 'Amir bin Zaid Al-Bukali bahwasanya ia mendengar Uthbah bin 'Abd Abu Al Walid As Sulami berkata:

“Ada seorang Badui datang kepada Nabi Shallallahu 'alayhi wa sallam lalu bertanya tentang telaga dan cerita tentang surga. Orang Badui itu berkata, ‘Di surga ada buah-buahan?'

‘Ya, jawab Nabi, Di sana ada sebatang pohon yang bernama Thuba.’

Kemudian beliau menyebut sesuatu yang saya tidak tahu, entah apa. Sang Badui bertanya lagi, ‘Menyerupai pohon apa di kebun kami, pohon Thuba itu?’ Nabi menjawab, 'Tidak seperti pohon apa pun di kebunmu.'

Akan tetapi, kemudian Nabi Shallallahu 'alayhi wa sallam bertanya, 'Pernahkah kamu pergi ke Syam?' 'Tidak', jawab si Badui. Maka, Nabi menerangkan, 'Seperti sebatang pohon di Syam yang bernama pohon Jauzah. Pohon itu tumbuh dengan satu batang
saja, tetapi puncaknya terbentang luas'

'Sebesar apakah pangkalnya?' tanya Badui. Maka, Nabi menjawab, 'Jika seekor anak unta (yang berusia masih kecil) milik keluargamu berjalan, niscaya dia tidak akan selesai mengitarinya sampai hancur urat ketingnya karena tua'."

(Terjemah Hadits Riwayat Ahmad)

Keistimewaan Negeri Para Nabi:
SYAM NEGERI PILIHAN ALLAH

Dari Ibnu Hawalah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: "Kondisi saat itu akan membuat kalian (akan terbagi) menjadi beberapa kelompok pasukan yang terhimpun dalam kesatuan-kesatuan yang dipersiapkan dengan baik, satu pasukan di Syam, satu pasukan di Yaman, satu pasukan di Irak." Ibnu Hawalah berkata: ‘Pilihkanlah untuk saya wahai Rasulullah seandainya saya menemui masa itu.' Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: 'Pergilah ke Syam karena ia adalah negeri pilihan Allah, yang Allah kumpulkan di sana hamba-hamba pilihan-Nya, jika tak bisa hendaklah kalian memilih Yaman dan berilah minum (hewan kalian) dari kolam-kolam (di lembahnya) karena Allah menjamin (kesetiaan) Negeri Syam dan penduduknya kepadaku."

(Terjemah Hadits Riwayat Abu Daud)

ANJURAN MEMAKMURKAN MASJIDIL AQSHA

Dari Maimunah (bekas sahaya Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam) bahwasanya dia pernah berkata: “Wahai Rasulullah, berilah fatwa kepada kami tentang Baitul Maqdis.
Maka, beliau bersabda: ‘Datangilah ia dan shalatlah di dalamnya –ketika itu di negeri tersebut sedang terdapat peperangan, jika kalian tidak dapat shalat di dalamnya maka utuslah seseorang membawa minyak untuk dinyalakan di lentera-lenteranya.
(Terjemah Hadits Riwayat Abu Daud)

Dalam riwayat lain:

Dari Maimunah binti Sa'd bekas sahaya Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam ia berkata, “Wahai Rasulullah berilah fatwa kepada kami tentang Baitul Maqdis. Maka beliau berkata, ‘Baitul Maqdis adalah Tanah Mahsyar dan Mansyar (tempat seluruh manusia dibangkitkan dan dikumpulkan), datangilah ia dan shalatlah di dalamnya karena shalat
di (Masjid) Baitul Maqdis seperti 100 shalat di masjid selainnya.’ Maimunah binti Sa’d berkata: ‘Bagaimana jika tak dapat aku pergi ke sana?’ Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda: ‘Berikanlah hadiah berupa minyak untuk menerangi lentera-lenteranya.
Barang siapa melakukannya maka dia seperti orang yang shalat di dalamnya’.”
(Terjemah Hadits Riwayat Ibn Majah)

Faedah Hadits:

Perintah Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam untuk ke Baitul Maqdis berlaku bukan saja untuk pria, tetapi juga wanita.

Faedah Hadits:

Bila bepergian ke Baitul Maqdis tidak mungkin maka beliau memberikan alternatifnya, yaitu mengirimkan hadiah.

Faedah Hadits:

Kompleks Masjidil Aqsha masa kini berisi banyak sekali bangunan dan monumen yang merupakan pelaksanaan perintah Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam, yaitu agar manusia mengirimkan hadiah bagi Baitul Maqdis. Sebagai contoh, Kubah Batu (Dome of the Rock) di Masjidil Aqsha dibangun pada masa Khalifah Abdul Malik al-Marwan (685-692 CE) yang menyerahkan tugas pembangunannya kepada dua ahli: Raja bin Haywah dan Yazid bin Salam.

Demikian baiknya manajemen pembangunan sehingga Kubah Batu selesai dan masih tersisa 100.000 dinar emas yang kemudian dihadiahkan kepada kedua ahli itu. Raja bin Haywah dan Yazid bin Salam malahan mengembalikan dinar emas itu, menambahkan dengan perhiasan milik keluarga mereka, lalu mencairkan semuanya untuk membuat lempengan lempengan emas untuk melapisi kubah.

Sekitar 400 tahun kemudian, kubah emas rusak karena gempa bumi dan lempengan-lempengan emas diganti dengan timbal. Pada tahun 1994, Raja Hussein dari Yordania menghadiahkan dana sebesar US$ 7 juta untuk memperbaiki dan melapisi Kubah Batu dengan lempengan emas kembali.

Faedah Hadits:

Seorang peneliti muda, Sarah Mohamed Sherif Abdel-Aziz Hassan, dalam tesis magisternya di bidang studi Baitul Maqdis pada tahun 2005 bertanya: Mengapa Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam secara khusus menyebutkan “minyak” sebagai hadiah yang beliau minta dikirimkan sebagai pengganti berkunjung dan shalat di Masjidil Aqsha?

Kata zayt adalah turunan dari kata zaytun. Zayt berarti getah ataupun ekstrak buah zaitun. Di dalam Al-Qur’an, kata Zaytun disebut lima kali, sedangkan kata zayt (minyak) disebut hanya sekali. Yang menarik, kata zayt atau minyak disebut di dalam Al-Qur’an dalam kaitannya dengan menyalakan lentera.

Allah berfirman di dalam Surah An-Nuur (24) ayat 35: “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi (yaitu) pohon zaitun yang tumbuhnya tidak di sebelah Timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah Barat(nya), yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Sarah Mohamed Sherif Abdel-Aziz Hassan menyimpulkan dari penjelasan para ulama tentang ayat tersebut dalam kaitannya dengan perintah Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam untuk mengirimkan hadiah minyak ke Baitul Maqdis berikut ini: “Baitul Maqdis harus diterangi dengan cara mengirimkan ‘cahaya’ ke sana.

Ada pula penafsiran lain yang juga mungkin: Kalau kita asumsikan bahwa minyak dimisalkan di sini sebagai cahaya, dan mengingat bahwa ilmu dan pendidikan sering kali dipandang sebagai ‘cahaya’ (dalam arti filosofis) maka ‘cahaya’ di dalam konteks ini dapat diartikan pula sebagai ilmu. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam menyuruh Maimunah binti Sa’d untuk mengirimkan minyak untuk menerangi Baitul Maqdis maka bukan saja yang beliau maksudkan adalah minyak itu sendiri beserta semua manfaatnya secara fisik, tetapi juga mendorong kaum wanita untuk mencari ilmu dan menerangi benak mereka dengan cahaya ilmu demi Baitul Maqdis – dan ini sesuatu yang dapat dilakukan apakah seseorang berada di dalam atau di luar batas-batas kawasan Baitul Maqdis.

— Ustadzah Atina Ummu ‘Ali dalam #KajianAhadKesayangan
Peneliti ISA (Institut Al-Aqsa untuk Riset Perdamaian)


Catatan Sesi 4 oleh  Kak Yolanda Gina Novita (@_rawjae)
https://drive.google.com/file/d/10eU8QbZT1gI_1DoEAy1rjRtig-18poWN/view?usp=drivesdk

••••

SESI 5

Membebaskan Tanah Suci yang Terjajah I: LINIMASA NABI MUSA & NABI YUSYA’ BIN NUN ‘ALAYHIMASSALAM

Ustadzah Santi Soekanto
Ustadzah Atina Ummu ‘Ali
Peneliti ISA (Institut Al-Aqsa untuk Riset Perdamaian)

https://www.youtube.com/live/irOj5U_W2FA?si=I5b4i1HRQ8PIR0Gm




Nabi Musa ‘alayhissalam adalah nabi yang paling banyak disebutkan dalam Al-Qur’an. Nabi yang memiliki keterkaitan sangat besar dengan Baitul Maqdis.

Nabi Musa adalah nabi dari Bani ‘Israil. Salah satu dari keturunan Nabi Yaqub.
Nabi Musa adalah nabi yang kaumnya - yaitu Bani ‘Israil - pernah mengalami penjajahan dan penindasan yang luar biasa dari Fir’aun. Kisah mengenai hal ini terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 21-26:

يٰقَوْمِ ادْخُلُوا الْاَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِيْ كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوْا عَلٰٓى اَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوْا خٰسِرِيْنَ - ٢١

"Wahai kaumku! Masuklah ke Al-Ardh Al-Muqaddasah yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi."

قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِنَّ فِيْهَا قَوْمًا جَبَّارِيْنَۖ وَاِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَا حَتّٰى يَخْرُجُوْا مِنْهَاۚ فَاِنْ يَّخْرُجُوْا مِنْهَا فَاِنَّا دٰخِلُوْنَ - ٢٢

Mereka berkata, “Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang (Jabbarin) yang sangat kuat dan kejam, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk.”

قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِيْنَ يَخَافُوْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوْا عَلَيْهِمُ الْبَابَۚ فَاِذَا دَخَلْتُمُوْهُ فَاِنَّكُمْ غٰلِبُوْنَ ەۙ وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ - ٢٣

Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, “Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.”

Menurut para ulama, dua orang yang disebutkan ini, salah satunya adalah Nabi Yusya’ bin Nun.

قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَآ اَبَدًا مَّا دَامُوْا فِيْهَا ۖفَاذْهَبْ اَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَآ اِنَّا هٰهُنَا قٰعِدُوْنَ - ٢٤

Mereka berkata, “Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.”

قَالَ رَبِّ اِنِّيْ لَآ اَمْلِكُ اِلَّا نَفْسِيْ وَاَخِيْ فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفٰسِقِيْنَ - ٢٥

Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu.”

قَالَ فَاِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ اَرْبَعِيْنَ سَنَةً ۚيَتِيْهُوْنَ فِى الْاَرْضِۗ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفٰسِقِيْنَ ࣖ - ٢٦

(Allah) berfirman, “(Jika demikian), maka (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka janganlah engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.”

Di ayat ini, dijelaskan bahwa Bani ‘Israil menolak untuk masuk, dan dihukum selama empat puluh tahun berputar-putar kebingungan.

Siapakah Yusya' bin ‘Nun alayhissalam:
- Lahir di tengah Bani Israil di Mesir waktu zaman dijajah sebagai budak oleh Fir'aun.
- Satu dari dua orang yang berdiri bersama Musa ‘alayhissalam sebelum terbelahnya Sungai Merah.
- Satu dari dua orang laki-laki yang berdiri di Baitul Maqdis saat Musa 'alayhissalam memberitahu Bani Israil untuk pergi dan melawan Penjajah Jabbarin, namun Bani Israil menolaknya.

Nabi Yusya’ bin Nun juga adalah pemuda yang menemani Nabi Musa saat mencari Khidir yang kisahnya sudah sangat familiar sekali, dan ada dalam Surah Al-Kahf yang kita baca setiap Jum’at.

•••


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Rasulullah ﷺ, ia bersabda: Malaikat Maut diutus kepada Musa 'alayhissalam. Ketika dia mendatanginya, beliau (Musa) menampar (malaikat maut) dengan keras (sehingga terlepas matanya). Malaikat itu kembali kepada Rabb-nya, lalu berkata, 'Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba yang tidak menyukai maut.' Kemudian Allah mengembalikan matanya (malaikat) dan berkata, 'Kembalilah dan katakan kepadanya, supaya meletakkan tangannya di punggung seekor sapi jantan, lalu baginya di setiap bulu yang ditutupi tangannya adalah satu tahun.' Musa berkata, 'Wahai Rabbku, kemudian apa (yang terjadi)? "Kemudian matu (kematian).' Kata Musa, 'Maka sekarang (sajalah).' Beliau (Musa) pun memohon kepada Allah agar mendekatkannya ke Baitul Maqdis sejauh sepelemparan batu.

Perawi (Abu Hurairah) berkata: 'Kata Rasulullah ﷺ, 'Seandainya aku di sana, sungguh, pasti akan aku perlihatkan kepada kalian kuburannya di tepi jalan di sebuah bukit merah.'

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia menceritakan, Rasulullah ﷺ bersabda, “Ada salah seorang dari golongan para Nabi berperang, kemudian ia berkata kepada kaumnya: 'Jangan mengikutiku (untuk berperang) seorang pria yang memiliki istri dan ia hendak membangun rumah tangga dengan istrinya, tetapi belum tidur dengannya; jangan pula mengikutiku (berperang) seseorang yang membangun rumah dan belum memasang atapnya; jangan pula (mengikutiku berperang) seseorang yang membeli kambing atau unta yang sedang bunting tua yang ia nantikan kelahiran anak-anak ternaknya yang dibelinya itu.’

Nabi itu lalu berperang, kemudian mendekati suatu wilayah pada waktu shalat Ashar atau sudah dekat dengan itu, kemudian ia berkata kepada matahari: 'Sesungguhnya engkau - wahai matahari - di bawah perintah (Allah) dan aku pun di bawah perintah (Allah). Wahai Allah, tahanlah (jalan) matahari itu di atas kami.’

Kemudian matahari itu tertahan jalannya sehingga Allah memberikan kemenangan kepada Nabi tersebut. Beliau mengumpulkan ghanimah (harta rampasan). Kemudian datanglah api untuk membakar harta rampasan tadi, tetapi ia (api itu) tidak mau memakannya (membakarnya).

Nabi itu berkata: ‘Sesungguhnya di antara kalian ada yang menyembunyikan harta rampasan, maka dari itu hendaklah berbai'at padaku - dengan jalan berjabatan tangan - seorang lelaki dari setiap kabilah.’

Lalu ada seorang lelaki yang lengket tangannya dengan tangan Nabi tersebut. Nabi itu lalu berkata lagi: 'Sesungguhnya di dalam kabilahmu ada yang menyembunyikan harta rampasan. Oleh sebab itu hendaklah seluruh orang dari kabilahmu itu berbai'at kepadaku.' Selanjutnya ada dua atau tiga orang yang tangannya itu lekat dengan tangan Nabi itu, lalu beliau berkata pula: 'Kalianlah yang menyembunyikan harta rampasan.' Mereka lalu membawa sebongkah emas sebesar kepala sapi - dari inilah benda yang disembunyikan, lalu diletakkanlah benda tersebut, kemudian datanglah api membakar - semua harta rampasan.

(Berkata Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam): Oleh sebab itu memang tidak halallah harta-harta rampasan itu untuk siapapun ummat sebelum kita, kemudian Allah menghalalkannya untuk kita harta-hata rampasan tersebut, di kala Allah mengetahui betapa kedhaifan serta kelemahan kita semua. Oleh sebab itu lalu Allah menghalalkannya untuk kita."

(Hadits ini terdapat pada Shahih Bukhari nomor 2956 dalam pembahasan Kitab Fardh Al-Khams Bab Qaulin Nabi Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam Uhilat Lakum Al-Ghanam. Imam Muslim juga meriwayatkan pada Shahih Muslim nomor 1747, dan Imam Ahmad pada Musnad Ahmad nomor 27457)

•••

Ode Santi Soekanto dalam #KajianAhadKesayangan


MAPPING THE GAZAN WAR : Taufan Al-Aqsa

Rekaman Kajian Ahad Kesayangan bersama Babeh Dzikru dan Ibu Santi:

https://youtube.com/live/96o9DX00HTc?feature=share

•••


SESI 6

MUHASABAH GAZA: A Call to Action

Ode Soekanti Soesanto


Catatan Sesi "Muhasabah Gaza" bersama Ode Santi Soekanto oleh Kak Mita Andari (@anda_journal)
https://drive.google.com/file/d/1084CXoDfiUrtWBs37jVHnvxTTktlyK54/view?usp=drivesdk


Tarikh al-Maálim Al-Masjid Al-Aqsha: kitab yang menghimpun sejarah bangunan-bangunan yang ada di kompleks Masjid Al-Aqsha.

Di dalam buku ini disebutkan bahwa Nabi Daud memiliki mihrab di dalam Kompleks Masjid Al-Aqsha. Di tempat ini, Nabi Daud álayhissalam menkhususkannya untuk shalat, mendekat pada Allah. Di dalam tafsir disebutkan bahwa diperkirakan mihrab beliau dekat dengan posisi Ash-Shakhrah.

Al-Qurán menyebut mihrab untuk merujuk kepada tiga mihrab:
1. Mihrab Nabi Daud
2. Mihrab Nabi Zakariyya
3. Mihrab Maryam binti Ímran

Ada sejumlah nama di dalam Al-Qurán yang merujuk kepada Nabi Daud álayhissalam:
1. Surah Al-Baqarah ayat 251
2. Surah An-Nisaa’ayat 163
3. Surah Al-Maidah ayat 78
4. Surah Al-Anám ayat 84
5. Surah Al-Israa’ayat 55
6. Surah Al-Anbiyaa’ ayat 78-79
7. Surah An-Naml ayat 15-16
8. Surah Saba’ ayat 10-13
9. Surah Shad ayat 17, 22, 24, 26, 30


Surah Al-Baqarah ayat 251
Di sini disebutkan secara khusus nama Nabi Daud saat peristiwa penting, yaitu saat Nabi Daud membunuh Jalut. Saat itu, Nabi Daud masih pemuda tanggung, pengembala kambing, tidak berpengalaman dalam militer, belum jadi pemimpin, belum menjadi nabi. Namun kemudian Allah takdirkan bahwa yang berani  dan kemudian berhasil membunuh pemimpin pasukan musuh adalah Daud muda. Karena itulah, jangan kita remehkan mendidik anak-anak dan remaja. Kitab yang kami sarankan adalah buku: “Mendidik anak laki-laki”, “Metode Mendidik Anak - Imam Al-Qahthani”, “Prophetic Parenting”.
Kita harus mengetahui bahwa mendidik generasi agar menjadi seperti Nabi Daud itu penting. Karena ada suatu dakwah yang berkelanjutan, dari zaman Nabi Musa ‘alayhissalam, kemudian diwariskan ke Nabi Yusya’ bin Nun, terus diwariskan sampai akhirnya kepada Nabi Daud. Ini adalah generasi yang terdidik, sampai muncullah Thalut dan digantikan oleh Nabi Daud, seorang pemuda, hasil dari didikan generasi-generasi sebelumnya. 
Kita, sebagai muslimah yang ingin menjadi bagian dari pembebasan Baitul Maqdis, harus berusaha agar anak-anak yang kita didik bisa menjadi calon-calon penerus Nabi Daud ‘alayhissalam.


Hikmah dari Surah Al-Baqarah ayat 249:

‎ كَمْ مِّنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيْرَةً ۢ بِاِذْنِاللّٰهِۗ
“…Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.”

Kelompok yang kecil namun kuat imannya ini dengan izin Allah akan dapat mengalahkan pasukan kuffar yang jumlahnya lebih banyak. Dan ini berulang, bukan hanya perang melawan Jalut, namun juga perang Badr, dan kita menyaksikan hal-hal ini di perang-perang lain di zaman Rasulullah ﷺ, di zaman para shahabat dan tabi’, tabiín.

Kita melihat kembali di Gaza, bahwa kemenangan itu bukan dari jumlah yang banyak, tapi dari keimanan yang kuat kepada Allah.

“…Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.”
Pernyataan ini keluar dari Thalut melihat sedikitnya jumlah pasukannya saat berangkat melawan Jalut.
Sebelumnya yang berangkat adalah ribuan orang, namun tersaring lagi di sungai menjadi sekitar 300-an.
Lalu di wilayah yang diperkirakan sebagai wilayah Ashdod (yang sekarang sedang dijajah oleh Zionis ‘Israel’), terjadilah pertempuran antara pasukan Thalut dengan Jalut. Dan dengan izin Allah, pasukan Thalut dan kaum beriman, setelah Nabi Daud berhasil membunuh Jalut, memenangkan pertempuran.

Jadi, kalau kita perhatikan, banyak sekali peristiwa-peristiwa yang bukan hanya berhubungan dengan Baitul Maqdis, tapi terjadi di Baitul Maqdis. Termasuk di antaranya perang antara pasukan Thalut dan Jalut, dan lokasi terbunuhnya Jalut dibunuh Daud. Sebagian ulama menyebutkan, lokasinya adalah di Ashdod.


Surah Al-Israa’ ayat 55
Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang [ada] di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian [yang lain], dan kami berikan Zabur [kepada] Daud.

Di dalam ayat ini, secara khusus Allah memuliakan dan menyebut Nabi Daud ‘alayhissalam dengan kitab suci Zabur, yang isinya adalah puji-pujian kepada Allah subhanahu wa Ta’ala.

Catatan:
Surah Al-Israa’ ini adalah surah yang biasa dibaca oleh Rasulullah ﷺ  setiap malam, sebelum Beliau ﷺ  tidur. Ini adalah riwayat Hasan Al-Shahih dari ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.

‎اللّٰهُمَّ ارْزُقْنَا صَلاَةً فِي المَسْجِدِ الأَقْصَى وَ هُوَ حُرٌّ وَ عَزِيْز⁣
Allahummarzuqna shalatan fii Masjidil Aqsha, wa huwa hurr wa ‘aziiz

“Ya Allah, karuniakan bagi kami shalat di Masjidil Aqsha dalam keadaan merdeka dan mulia.”

••••


SESI 6

Membebaskan Tanah Suci yang Terjajah II: LINIMASA NABI DAUD DAN NABI SULAIMAN ‘ALAIHIMASSALAM

Ustadz Fatan Ariful ‘Ulum
Peneliti ISA (Institut Al-Aqsa untuk Riset Perdamaian)

Meeting ID: 621 998 7593
Passcode: kesayangan

https://www.youtube.com/live/bwq4xXs1CGY?si=wHyoiIiLMFh2aQKA


Teman-teman kesayangan, berikut buku-buku yang disarankan Ustadz Fatan Ariful ‘Ulum terkait tema Kajian Ahad Kesayangan yang lalu, yaa:

Kisah Shahih Para Nabi
Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali
Pustaka Imam Syafii

Kisah Para Rasul: Kajian Tematis dalam Al-Quran
Prof. Yunahar Ilyas

Tafsir Al-Azhar
Buya Hamka

The Map of Al-Quran
Dr. Syauqi Abu Khalil

Buku penunjang pembahasan:

Tarbiyah Syabaabul Muslim
Dr. Khalid Syanthut

Panduan Lengkap Tarbiyatul Aulad
Dr. Sa'id Al-Qahthani

Prophetic Parenting: Cara Nabi Mendidik Anak
Dr. Nur Abdul Hafidz Suwaid
Pro-U Media

Model Kebangkitan Umat Islam
Dr. Majid Al-Kilani

Teman-teman kesayangan, saudara-saudara kita di Gaza dan Baitul Maqdis masih terus bertahan dan berjuang.


Apa yang bisa kita lakukan?
- Menguatkan diri, keluarga, dan komunitas dengan keimanan, keikhlasan, dan ketaatan kepada Allah.
- Doakan terus.
- Ikuti dan sebarkan berita tentang keluarga kita di Gaza dan Baitul Maqdis.
- Berdonasi (@kajiankesayangan masih membuka donasi yang akan disalurkan melalui @sahabatalaqsha)
- #BoikotFiSabilillah (Menolak bermuamalah dengan perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Zionis, dengan niat ribath dan karena taat pada Allah)
- Mengikuti tuntunan Rasulullah ﷺ dan para Shahabat radhiyallahu ‘anhum terkait strategi pembebasan Gaza, Masjidil Aqsha, dan Baitul Maqdis.


Catatan Sesi 4-6 oleh Ukhti Ira Maghfirah Abbas
https://drive.google.com/file/d/1-x2vOusnsAwlNg_kbrEqPgKTIQV3JpoG/view?usp=drivesdk


Catatan Sesi 6 oleh  Kak Yolanda Gina Novita (@_rawjae)
https://drive.google.com/file/d/103HMImFQicc9VaCzaNgL7--1eDss7642/view?usp=drivesdk


••••


SESI 7
Pewaris Jihad Terbaik Baitul Maqdis: LINIMASA ABU BAKAR & ‘UMAR BIN KHATTAB RADHIYALLAHU ‘ANHUMAA

Ustadz Ahmad Muthi, STP, MA.
Peneliti ISA (Institut Al-Aqsa untuk Riset Perdamaian)
https://youtube.com/live/VDhcv2hE9-A?feature=share


Ketika Rasulullah ﷺ diangkat menjadi Nabi, ada Asabiqunal Awwalun. Yaitu orang-orang yang pertama beriman:

1. Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu ‘anha. Penting kita lihat bagaimana, yang pertama beriman adalah seorang perempuan. 
2. Zaid bin Haritsah bin Syarahil Al-Kalbi radhiyallahu ‘anhu.
3. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
4. Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Merupakan shahabat Nabi ﷺ yang pertama kali beriman. Abu Bakar, tanpa berpikir dulu, langsung mengiyakan dan mengimani risalah Nabi ﷺ, karena telah melihat akhlaq keseharian Nabi ﷺ.  Dan setelah beliau menerima Islam, beliau langsung bergerak berdakwah.

Lalu orang-orang yang berhasil bersyahadat melalui wasilah dakwah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu:
- Utsman bin Affan Al-Umawi radhiyallahu ‘anhu
- Abdurrahman bin Al-Awwam Az-Zuhri radhiyallahu ‘anhu
- Sa’ad bin Abi Waqqash Az-Zuhri radhiyallahu ‘anhu
- Thalhah bin ‘Ubaidillah At-Talmi radhiyallahu ‘anhu

IKATAN DENGAN BAITUL MAQDIS (PERIODE MEKKAH)

Tahap yang dilakukan Nabi ﷺ dalam pembebasan Baitul Maqdis:
Mengaitkan Hati - Jiwa - Pikiran para Shahabat radhiyallahu ‘anhum.

Kapan perintah shalat turun kepada Nabi Muhammad ﷺ?
Perintah shalat lima waktu memang turun saat Isra’ Mi’raj, dan turun pada tahun ke-10 kenabian.

Pertanyaan berikutnya: Bila perintah shalat lima waktu turun saat Isra’ Mi’raj, maka apakah tahun-tahun sebelumnya Nabi ﷺ tidak shalat?

Perintah shalat lima waktu memang turun saat Isra’ Mi’raj, dan turun pada tahun ke-10 kenabian. Tetapi sejak Nabi ﷺ diutus menjadi Nabi dan Rasul, sebenarnya telah ada perintah shalat. Perbedaannya adalah bentuknya.
Sebelum Isra’ Mi’raj belum shalat lima waktu seperti yang kita ketahui sekarang. Di Al-Qur’an dijelaskan bahwa bentuk shalat sebelum Isra’ Mi’raj itu tiga waktu - Pagi, Petang, dan Malam.

Ini dikuatkan di dalam surah yang turun setelah Surah Al-‘Alaq, yaitu Surah Al-Muzzamil ayat 1-5.

“Hai orang yang berselimut [Muhammad], bangunlah [untuk shalat] di malam hari kecuali sedikit [daripadanya], [yaitu] seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.”

Jadi saat itu, perintah shalat malam adalah wajib. Seiring berjalan waktu, shalat malam berubah, dari wajib menjadi sunnah. Namun saat Surah ini turun, maka Nabi ﷺ melaksanakannya hampir sepanjang malam. Sepertiga malam shalat, dua pertiganya Beliau ﷺ shalat.

Jadi perlu kita pahami bahwa, sebelum Isra’ Mi’raj sudah ada perintah shalat. Konsekuensinya, ketika shalat, menghadap kemana?
Ternyata, Baitul Maqdis-lah kiblat Shalat Nabi ﷺ dan para Shahabat ketika itu.

Dari Ibnu Abbas, "Rasulullah shalat menghadap ke Baitul Maqdis semasa ia di Mekkah dengan Ka'bah berada di tengah-tengahnya. Ketika ia hijrah ke Madinah, ia tetap menghadap Baitul Maqdis selama 16 bulan sebelum diperintahkan menghadap ke Ka'bah".
(Musnad Ahmad)

Artinya, satu tahun setengah setelah Beliau ﷺ hijrah ke Madinah, Beliau masih menghadap ke Baitul Maqdis.
Bila dijumlahkan periode Mekkah 13 tahun ditambah satu setengah tahun setelah hijrah ke Madinah, maka total Beliau ﷺ dan para Shahabat menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat adalah 14,5 tahun.

Artinya, selama mayoritas hidupnya Nabi ﷺ, Beliau ﷺ  berkiblat, terkoneksi, dan terhubung dengan Baitul Maqdis.

Dari sini, kita harus bisa memahami ikatan hati Beliau ﷺ secara relijius kepada Baitul Maqdis: sangat erat sekali.

Selain menjadi Kiblat, banyak sekali surah-surah pendek Al-Qur’an yang berhubungan dengan Baitul Maqdis, dibaca Rasulullah ﷺ sedari awal shalat di periode Makkah:
- Surah At-Tiin. Buah tin dan buah zaitun. Sudah mahsyur bagi orang-orang Makkah, Buah tin dan buah Zaitun hanya ada di wilayah Syam yang di dalamnya mencakup Baitul Maqdis.
- Surah Al-Anbiya. Di dalam Surah ini, Allah menceritakan kepada Nabi ﷺ tentang nabi-nabi sebelumnya. Jadi, seperti yang kita ketahui, sepertiga isi Al-Qur’an berisi kisah. Di dalam sepertiga itu, mayoritasnya bercerita tentang nabi-nabi yang berhubungan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Baitul Maqdis. Misalnya, sekilas saja, kita mengetahui bahwa Nabi Isa lahir di Baitul Maqdis. Begitu juga mengenai ibundanya, yaitu Maryam binti ‘Imran, yang kita mengenal proses melahirkan dan mengandungnya. Nabi Zakariyya, Nabi Yahya, Nabi Sulayman, Nabi Daud, Nabi Yusuf, Nabi Ibrahim.
- Surah Al-Israa’. Bercerita tentang mukjizat Israa’ Mi’raj yang berhubungan dengan Baitul Maqdis.
- Surah Ar-Ruum. Bercerita tentang Pertempuran antara dua kerajaan superpower antara Romawi dan Persia. Dalam Surah ini, secara tidak langsung, disebutkan kejadian di wilayah sekitar Baitul Maqdis. Surah Ar-Ruum turun di tahun kelima kenabian, masa di mana ummat Islam masih sedikit jumlahnya dan dalam keadaan dipersekusi oleh Kaum Quraisy. Saat itu, hubungan antara pertempuran tersebut mungkin masih sulit dihubungkan dengan keadaan kaum Muslim saat itu. Ini adalah hikmah yang Allah buka untuk menyambungkan ummat Islam dengan Baitul Maqdis.

Ketika Surah Ar-Ruum turun, terjadi kehebohan di Makkah. Karena kaum kafir Quraisy merasa senang dengan kemenangan Persia atas Romawi Timur. Karena mereka merasakan adanya ikatan sebagai sesama penyembah berhala.

Abu Bakar merespon ayat ini dengan melakukan taruhan dengan Ubay bin Khalaf yang merupakan pembesar Quraisy. Saat itu, belum ada syariat haramnya taruhan.

Saat itu, Romawi Timur sungguh kalah telak, karena banyak sekali wilayah kekuasaannya yang direbut oleh Persia. Rasa-rasanya mustahil Romawi Timur akan bangkit kembali.

Pada saat itu, naluri keimanan Abu Bakar merespon, untuk mendukung ayat Al-Qur’an Surah Ar-Rum yang mengabarkan bahwa setelah nanti Romawi kalah, Romawi akan menang kembali. Respon Abu Bakar ini, seperti melawan arus opini pengamat politik mayoritas saat itu. Karena Abu Bakar mendukung apa yang dikatakan di dalam Al-Qur’an, bahwa Romawi kelak akan memutarbalikkan situasi.

Beliau taruhan bahwa tiga tahun lagi Romawi akan menang. Ini diceritakan oleh Abu Bakar kepada Nabi ﷺ. 
Ketika mengetahui ini, maka Beliau ﷺ mengatakan naikkan saja sampai sembilan tahun. Dan Abu Bakar pun menurutinya, dan datang kepada Ubay bin Khalaf untuk menaikkan jumlah taruhan dan jumlah prediksi kemenangan menjadi sembilan tahun.

Abu Bakar adalah satu-satunya shahabat yang merespon ayat ini sebagai bentuk dukungan terhadap ayat Al-Qur’an yang turun, dan juga sebagai penguat iman kepada shahabat yang lain, terutama untuk yang baru masuk Islam.  

Sembilan tahun kemudian, bertepatan dengan kemenangan Umat Islam dalam Perang Badar, datanglah berita bahwa Romawi mulai perlahan tapi pasti, mulai menyerang balik.

Dan karena ikatan Abu Bakar dan para Shahabat dengan Baitul Maqdis cukup kuat: lagi-lagi Abu Bakar melebihi shahabat-shahabat yang lain. Seperti mendirikan masjid di sekitaran rumahnya. Beliau Shalat di sini dan terlihat oleh orang-orang Makkah. Di sana beliau shalat dan khusyu’ menangis saat membaca Al-Qur’an di kala shalat. Ini adalah bentuk dakwah Abu Bakar.

Ini adalah bukti bagaimana Abu Bakar mengkonversi keimanan menjadi aksi nyata.

Pada tahun ke-7 kenabian terjadilah peristiwa pemboikotan, dan merupakan peristiwa yang sangat berat untuk Nabi ﷺ dan Ummat Islam di Makkah saat itu. Lokasinya di lembah Abu Thalib, wilayah Bani Hasyim. Boikot dilakukan selama tiga tahun, tanpa ada pasokan logistik masuk. Peristiwa ini sampai memberikan efek kepada Ibunda Khadijah, karena ummat tidak mendapatkan kehidupan yang layak. Di akhir periode boikot, Ibunda Khadijah pun wafat, dan yang kemudian disusul oleh wafatnya paman Beliau ﷺ (yang saat wafat, paman Beliau masih dalam keadaan tidak beriman). Ini menyebabkan guncangan jiwa yang sangat dahsyat untuk Nabi ﷺ. Di dalam buku-buku Sirah, periode ini disebut sebagai ‘Aamul Huzni/Tahun Kesedihan.

Dan kemudian terjadilah peristiwa Dakwah di Thaif yang sangat berat bagi Beliau ﷺ.

Setelah masa-masa yang berat ini, Allah membukakan Baitul Maqdis. Rasulullah ﷺ seperti dihibur dengan Baitul Maqdis.
Dari sini kita bisa mengambil inspirasi bagaimana Baitul Maqdis menjadi pusat harapan, pusat kebahagiaan. Karena, Rasulullah ﷺ setelah melewati titik terendah dalam hidupnya, seakan-akan grafiknya langsung naik, karena Allah menghibur Nabi ﷺ dan memperjalankan Beliau ﷺ ke Baitul Maqdis, sebagaimana yang kita baca dalam Surah Al-Israa’ ayat 1.

Isra’ Mi’raj merupakan bukti betapa sentralnya posisi Baitul Maqdis, karena jika Allah yang Maha Berkuasa berkehendak, bisa saja bagi Allah untuk menaikkan Rasulullah ﷺ ke langit itu langsung dari Makkah, tanpa melewati Baitul Maqdis. Jadi, ada pesan lain, karena Rasulullah diperjalankan dulu ke Baitul Maqdis, ke negeri para nabi, dan kemudian baru dari situ diangkat ke langit dan menerima perintah shalat lima waktu. Yang kemudian diturunkan lagi ke Baitul Maqdis, dan kembali ke Makkah, hanya dalam waktu semalam.

Ini sebuah mukjizat. Karena perjalanan dari Makkah ke Baitul Maqdis itu normalnya membutuhkan waktu dua bulan pulang pergi. Sementara Nabi ﷺ diberangkatkan menggunakan buroq hanya dalam waktu semalam, pulang pergi.

Ini merupakan ujian juga untuk para Shahabat radhiyallahu ‘anhum yang baru masuk Islam.

Terkait tentang Isra’ Mi’raj ini juga ada kisah yang terkait dengan Shahabat yang mulia, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Karena di dalam peristiwa Isra’ Mi’raj ini, Nabi ﷺ dicaci maki saat kembali ke Makkah. Karena perjalanan yang hanya mengambil waktu selama semalam ini, seakan-seakan seperti khayalan saja untuk orang yang hanya mengandalkan logika, terutama untuk kaum kafir Quraisy. Pada saat itu, rencananya kaum Kafir Quraisy memanfaatkan momentum ini untuk melemahkan Islam di Makkah. Mereka ingin menggiring opini bahwa Nabi ﷺ berbohong.

Di saat penduduk Makkah gempar dengan peristiwa Isra’ Mi’raj ini, maka Kaum kafir Quraisy langsung menceritakan kepada Abu Bakar dengan maksud menghasut. Ternyata di luar dugaan, keimanan Abu Bakar memang sangat luar biasa. Abu Bakar tidak melihat langsung, tidak berada di lokasi. Namun, ketika mendengar bahwa yang menyampaikan berita adalah Nabi ﷺ, maka tanpa ragu sedikitpun, Abu Bakar menjawab bahwa bila ini dikatakan oleh Nabi Muhammad ﷺ, maka itu pasti benar.

Inilah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Yang membenarkan. Yang beriman dengan utuh. Saat ini, Beliau menjadi penentu. Karena saat beliau membenarkan, maka masyarakat Makkah yang telah beriman kemudian menjadi stabil lagi. Dari sinilah Abu Bakar mendapatkan gelar Ash-Shiddiq. Gelar yang berhubungan dengan peristiwa Isra’ Mi’raj. Gelar yang berhubungan dengan Baitul Maqdis.

IKATAN DENGAN BAITUL MAQDIS (PERIODE MADINAH)

Di Madinah pun, Rasulullah ﷺ pun masih terus mempertahankan ikatan hati, jiwa dan pikiran Ummat Islam yang telah terjalin kuat dengan Baitul Maqdis.

Di antaranya adalah banyaknya hadits-hadits yang turun berkaitan dengan keutamaan Baitul Maqdis:

- Kabar gembira yang disampaikan Rasulullah ﷺ pada perang Tabuk, bahwa di antara tanda kiamat adalah peristiwa pembebasan Baitul Maqdis.

- Dan saat di Madinah, Baitul Maqdis menjadi bahan diskusi dalam kehidupan sehari-hari kaum Muslimin, baik kalangan dewasa, anak-anak, laki-laki, perempuan, atau pun di kalangan hamba sahaya.

Sebagaimana Hadits Maimunah binti Sa’d: Dari Maimunah -bekas sahaya Nabi ﷺ- bahwasanya dia pernah berkata, “Wahai Rasulullah, fatwakan kepada kami tentang Baitul Maqdis.”
Maka, Beliau bersabda: “Datangilah ia dan shalatlah di dalamnya – ketika di negeri tersebut sedang terdapat peperangan – jika kalian tidak dapat shalat di dalamnya maka utuslah seseorang membawa minyak (yang dengannya) dinyalakan di lentera-lenteranya.“

Proses politik yang dilakukan Rasulullah ﷺ: Mengajak penguasa Baitul Maqdis untuk masuk Islam. 

Surat Rasulullah ﷺ kepada Heraklius
Setelah disepakati Perjanjian Hudaibiyyah antara kaum Muslimin dan Quraisy yang berperang, Rasulullah ﷺ mengirim beberapa surat kepada para pemimpin internasional ketika itu. Termasuk surat kepada Kaisar Romawi Heraklius. Ketika itu Heraklius telah meninggalkan Homs menuju Aelia (Baitul Maqdis) sebagai bentuk rasa syukur kemenangannya atas Persia.

GHAZWAH TABUK

Meskipun tidak terjadi pertempuran dengan pasukan Bizantium, Rasulullah ﷺ menggunakan waktu beliau di Tabuk untuk mengadakan Sulh-perjanjian-perjanjian damai di sejumlah tempat menuju kawasan Baitul Maqdis.
Perjanjian ini penting bagi persiapan logistik kelak saat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan rencana pembebasan Baitul Maqdis.

LANJUTAN MISI USAMAH BIN ZAID RADHIYALLAHU ‘ANHU

- Mendapat penolakan dari para Shahabat termasuk di dalamnya Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu.
- Mempertimbangkan kondisi Jazirah Arab (banyak orang-orang yang murtad, dan munculnya nabi-nabi palsu) dan Usia Usamah radhiyallahu ‘anhu yang masih muda dibandingkan shahabat-shahabat senior lain. .
- Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu bersikeras melanjutkan pengiriman pasukan Usamah radhiyallahu ‘anhu.
- Karena ada hal-hal dan rencana yang hanya Abu Bakar saja yang mengetahui dari Nabi ﷺ. "Anda harus tahu bahwa Rasulullah mengalihkan semua perhatian ke arah Syam, tetapi beliau wafat sebelum melaksanakan rencananya. Rasulullah ﷺ memberitahuku tentang ini sebelum wafatnya." Abu Bakar juga berkata kepada ‘Umar bin Khattab, ”Aku bersumpah demi Allah akan mengirimkan pasukan Usamah berangkat sebagaimana diperintahkan oleh Rasulullah. Dan aku tidak akan menentang keputusan Rasulullah bahkan jika tinggal aku seorang diri di kota ini."

Pengiriman Komando yang lebih terfokus ke Baitul Maqdis

ROMAWI TIMUR
1. Khalid bin Said
2. Abu Ubaydah
3. Syurahbil bin Hasanah
4. Yazid bin Abi Sufyan
5. Amr bin Al-Aas
6. Khalid bin Walid

PERSIA
1. Al-Muthannah bin Haarithah
3. Khalid bin Walid

Instruksi Abu Bakar kepada Amr bin Ash: “Kepadamu aku instruksikan ke Palestina dan Aelia.”

INSTRUKSI ABU BAKAR RADHIYALLAHU ‘ANHU KE KHALID BIN WALID RADHIYALLAHU ‘ANHU

Dalam surat yang dikirim oleh Abu Bakar kepada Khalid bin Walid, beliau berkata: "Bersegeralah kepada saudara-saudaramu di Syam, demi Allah, satu kota di antara kota-kota lain di Baitul Maqdis yang Allah akan tolong kita untuk membebaskannya, lebih baik bagiku daripada menaklukkan satu propinsi besar dari propinsi-propinsi yang ada di Irak (Ibn al-Murajja).


Catatan Sesi 7 oleh Ukhti Dinda Annisa Fitria (IG: @itsdunskyy)
https://drive.google.com/file/d/107NuRteKLwSp79CPQG88Ur9OOhKqhM5k/view?usp=drivesdk


Catatan Sesi 7 oleh  Kak Yolanda Gina Novita (@_rawjae)
https://drive.google.com/file/d/107NuRteKLwSp79CPQG88Ur9OOhKqhM5k/view?usp=drivesdk


••••


SESI 8
The Kingdom of Heaven: PEMBEBASAN BAITUL MAQDIS DI LINIMASA SALAHUDDIN AL-AYYUBI

Ustadz Faris Irfanuddin, Lc.
Peneliti ISA (Institut Al-Aqsa untuk Riset Perdamaian)

Ahad, 21 Januari 2024

https://www.youtube.com/live/aSfmPaVNY-g?si=jnP8twg-EvDmHQoO


••••


SESI SPESIAL
TAUFAN AL-AQSHA:
Membaca Arah Pembebasan Baitul Maqdis Abad 21

bersama
Babeh Dzikrullah dan Ode Santi Soekanto
Pendiri dan Pembina Sahabat Al-Aqsha dan ISA (Institut Al-Aqsa untuk Riset Perdamaian)

Ahad, 28 Januari 2024

https://www.youtube.com/live/OOU5bv3wUbI?si=iBiCu6z3QS768pwk


••••

Ketika seseorang berdiri di atas Al-Haq, maka ia telah menang. 
— Babeh Dzikrullah
#KajianAhadKesayangan


Alhamdulillaah, dengan sesi tadi, selesai sudah Seri Baitul Maqdis for Beginners.
Semoga Allah rezekikan kita ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat, menerima amal para guru dan amal kita semua.
آمــــــــــــــــــين يا رب العالمين

Semoga Idul Fitri tahun ini, Allah izinkan kita shalat di Masjidil Aqsha, dan ia dalam keadaan mulia dan merdeka. 
آمــــــــــــــــــين يا رب العالمين  
الله اكبر


Comments

Popular Posts