Cerita Kawan Puan : Spesial Hari Ibu

 Mungkin orang lain memanggil beliau sebagai Teh Suniah, Teh Encun, Teh Niah, Mamah Nina, Mamah Tiara. Tapi panggilan aku cuma satu untuknya. Aku memanggil ibuku dengan panggilan mamah.


Rasa hati jadi sedih, karena jadi teringat kalau ternyata mamah sudah berpulang setahun lalu (2022)...


Semasa mamah masih ada, aku memang kurang dekat dengan mamah, beda dengan adikku yang apa-apa selalu bisa cerita ke mamah. Mungkin karena sifatku yang introvert dan aku anak pertama yang merasa kalau ada apa-apa aku harus bisa mengatasinya sendiri.


Tapi meski kurang dekat, mamah sangat memahami sekali akan sifatku itu.


Aku senang sekali membaca, ketika masa anak-anak disaat aku baru bisa membaca, mamah yang sangat mengerti aku, dulu rajin membelikan majalah anak-anak setiap seminggu sekali agar aku bisa membacanya.


Jadi teringat, juga masa aku tk, dimana mamah usai sip kerja malam (dulu mamah bekerja sebagai satpam), menghampiriku didalam kelas untuk mengambil raport tk di akhir semester. Dengan perawakannya yang tinggi dan gendut, mamah menghampiriku dengan senyum di wajahnya. Aku dulu bahagia sekali karena aku sudah lama menunggu mamah, beda dengan yang lain yang justru datang bersama ibunya masing-masing, sedangkan aku datang seorang diri.


Kesukaan aku pada buku, membuat aku beranjak remaja senang belajar dan lebih mengutamakan belajar dan tugas-tugas sekolah ku.


Pernah, di masa SMA kelas XII dulu, masa lagi hectic-hectic-nya dengan segudang tugas, sampai pagi-pagi mau berangkat sekolah aku masih mengerjakan tugas karena tenggatnya hari itu. Karena tanganku penuh dengan buku dan pulpen, agar tetap sarapan, mamah ku pun masih menyuapi aku. Walau sedikit malu kalau mengingat cerita itu, karena _ya masa udah gede, masih disuapin, gitu kan ya? Hehe_


Aku kira momen terakhir _masih gede tapi masih disuapi oleh mamah_ itu ya pas itu saja, tapi ternyata beberapa tahun kemudian, tepatnya akhir puasa ramadhan tahun 2021 aku jatuh sakit demam naik-turun berhari-hari dan setelah diperiksa ternyata sakit dbd. Aku yang lemah kala itu pun akhirnya disuapi lagi oleh mamah.


Malam dimana orang-orang mudik, ataupun beritikaf di masjid, bapak, aku dan mamah malah harus menginap di klinik. Padahal mamah sudah beli beberapa box kue untuk dibawa pulang mudik ke kampungnya bapak, tapi karena aku yang sakit hingga tidak jadi mudik, kuenya pun dibagikan ke tetangga setelah aku pulang ke rumah.


Masih teringat jelas raut wajah mamah yang kala itu bingung saat cairan infus yang ada ditanganku macet, bolak-balik bertanya ke suster buat benerin infus, minta remote ac, eh sampai harus pindah kamar juga karena ada kendala di kamar itu. Wajah mamah yang kelelahan di hari itu sangat jelas hingga membuat aku merasa bersalah karena jatuh sakit, tapi ketika dokter membolehkan aku pulang, sangat jelas wajah mamah yang ceria lagi karena bisa pulang, dan tentunya aku bahagia melihatnya.


Ramadhan selanjutnya di 2022, keluargaku sangat bersyukur karena kami diberikan kesehatan untuk bisa berpuasa dan mudik, beda dengan tahun sebelumnya (saat aku sakit). Mamah yang antusias mudik, beda dengan tahun lalu yang beli kue, tahun itu mamah bersemangat untuk membuat kuenya sendiri. Aku dan adik ku pun ikut membantu prosesnya.


Ada 2 jenis kue yang dibuat waktu itu, kue putri salju dan nastar isi nanas. Meski cuma 2 jenis, mamah membuatnya sangat banyak sekali karena untuk dibagikan ke keluarga. Total lebih dari 12 toples kue, karena aku waktu itu yang beli toplesnya sebanyak 12 buah, ditambah toples yang mamah punya di rumah pada akhirnya di bawa mudik karena masih kurang cukup. Kebayang ga buat kue sebanyak 12 toples berapa lama? Ditambah buatnya siang hari selagi puasa. Semuanya untuk dibawa mudik ke rumah nenek.


Itu adalah pertama kalinya mamah buat kue sebanyak itu untuk di bawa mudik, dan tak disangka ternyata menjadi Ramadhan terakhir sekaligus momen terakhir mamah membuat kue untuk dibagikan ke keluarga.


Selang beberapa kemudian mamah pun jatuh sakit. Diabetes yang sudah lama diidapnya, gula darahnya tiba-tiba naik tak terkontrol. Ditambah, mamah punya luka di kaki kirinya. Karena mamah yang sakit, akhirnya aku pun berhenti kerja untuk menemani mamah dan membereskan rumah, karena adikku kuliah di luar kota.


Sebulan setelah mamah sakit, luka di kaki mamah semakin menyebar hingga ke lutut, hingga mamah hanya bisa berbaring di tempat tidur.


Aku yang biasanya disuapi mamah, kini berganti menjadi aku yang menyuapi mamah. Momen disaat aku dekat dengan mamah, ya itu, ketika aku menyuapi mamah. Sambil menunggu mamah mengunyah, aku selalu memperhatikan tangan mamah yang jadi lebih berkerut, padahal mamah tidak setua itu, tapi karena sakit dan semakin kurus, tangan mamah mirip kerutan tangan nenekku. Badan mamah pun semakin kurus karena penyakitnya, padahal dulu mamah sangat gendut dan nampak sehat.


Tidak lupa juga sering kuperhatikan titik luka di kaki mamah yang menjadi penyebab sakitnya mamah. Entah kenapa lukanya harus tepat dibagian itu, dibagian dekat jempol kaki kiri mamah. Padahal dulu, bagian itu adalah yang sering kuamati dari mamah (karena aku yang introvert, dibandingkan bicara, aku lebih sering mengamati). Karena dibagian itu, kuku jempol kaki kiri mamah itu menghitam, aku sering memperhatikan, karena merasa betapa mamah pasti sangat bekerja keras membesarkanku, memasakkanku makanan, membereskan rumah, mencuci baju yang semuanya mamah kerjakan seorang diri, hingga membuat tangannya menjadi kasar, kakinya kering hingga bagian kuku yang menghitam itu.


Kala mamah sakit, setiap minggunya keluarga besar selalu berkumpul, agar mamah tidak merasa kesepian dengan penyakitnya. Suatu ketika, salah satu bibiku membawa gorengan, dan aku pun memakannya beserta dengan cabe. Dulu aku ga bisa makan pedes, apalagi makan cabe. Mamah yang kaget aku makan cabe, pun sampai heran dan bertanya-tanya sejak kapan aku sudah bisa makan pedas. Pertanyaan itu membuatku cukup tertohok, karena itu sangat menyiratkan ketidakdekatanku dengan mamah. Padahal aku sudah lama bisa makan pedas (meski pencernaanku tetap tidak bisa menahannya), semenjak kuliah dan itupun karena teman-teman kuliahku.


Aku jadi bertanya-tanya, bagaimana ya kalau aku dulu senang bercerita dan dekat dengan mamah. Kala punya masalah, dibantu menyelesaikannya, kala punya orang yang disuka, bisa punya tempat bercerita, kala ada kejadian sedih di sekolah bisa berbagi cerita ke mamah. Rasanya pasti menyenangkan sekali dan akan ada lebih banyak memori antara aku dan mamah....


Kini, aku juga sudah berada di usia yang cukup untuk menikah, kalau nanti jodohku datang dan aku menikah, sepertinya akan lebih menyenangkan ada mamah yang menemani, memilihkan gaun, ikut mengatur ini itu untuk resepsi pernikahanku. Mungkin aku akan sedikit ngambek karena akan terlalu banyak orang yang akan mamah undang.


Kala aku hamil dan melahirkan, sepertinya sangat membahagiakan kalau mamah juga yang mendampingiku dan bersamaku ikut melihat tumbuh-kembang cucu-cucunya. Mungkin aku juga akan sering dimarahi akan keteledoranku dalam mengurus rumah, anak dan suami.


Meskipun itu semua hanyalah kemungkinan, membayangkannya saja sudah sangat membahagiakan untukku.


Ucapanku untuk mamah:

Mah, ga akan bisa aku membalas apa yang semua mamah sudah lakukan, yang semua sudah mamah berikan kepadaku, yang semua mamah korbankan untuk ku. Masa muda mamah, waktu bersantai, waktu tidur mamah pasti banyak terhapus karena keberadaanku di dunia ini. Yang aku cuma bisa lakukan adalah bersyukur kepada Tuhan karena telah menjadikan mamah sebagai ibuku. Terima kasih sudah menjadi mamahku, sudah melahirkan aku, mengajarkan aku bagaimana mengelola emosi yang baik. Terima kasih sudah menemani tumbuh-kembangku, memberi aku asupan yang bergizi, dan selalu memprioritaskan aku dalam segala hal. Semoga penyakit yang mamah derita dulu menggugurkan semua dosa yang mamah punya. Semoga Allah melapangkan dan menerangkan kubur mamah. Semoga Allah jauhkan mamah dari siksa kubur, dari panasnya api neraka. Dan semoga Allah satukan kita kembali di Surga-Nya kelak. Aamiin Allahumma aamiin.


Selamat hari ibu, mah❤️


Nina Hardiana - Suniah (nama ibu)

Comments

Popular Posts