Dzat Yang Maha Perkasa
📄 *NOTULENSI KAJIAN FIKIH ASMAUL HUSNA*
Streaming : https://www.youtube.com/live/Cil5Nyn-NA4?si=qRE4QdLiqp2IzqDB
📚 Bab "Dzat Yang Maha Perkasa القاهر-القهار"
🔎Pertemuan Ke-60
🏷️ Pembahasan Fikih Asmaul Husna
*Karya Shaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al 'Abbad Al Badr حفظه الله تعالى*
🎙️Ustadz Rosyid Abu Rosyidah, S.Ag., M.Ag حفظه الله تعالى
Hari/Tanggal: Jumat, 16 February 2024 | 6 Sha'ban 1445 H
🕖 Pukul : 07.00 WIB - selesai.
📑 Kajian Khasanah
﷽
Ustadz membuka majelis dengan pujian kepada Allah, shalawat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, muqodimah dan do'a.
Alhamdulillaahil-ladzii bini'matihi tatimmush-shoolihaat, bersyukur kita kepada Allah atas limpahan nikmat Nya. Allah kumpulkan kita dalam nikmat keimanan, nikmat sehat, nikmat waktu luang dan Allah berikan kita Rahmat untuk bermajelis ilmu. Semoga kita terus mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Nikmat ketundukan hati untuk duduk dalam majelis ilmu, semoga duduk nya kita dalam majelis ilmu tercatat dalam bentuk ketaatan dan bentuk syukur kita kepada Allah dan memperberat amal timbangan kita di yaumil Qiyamah.
📚 Bab "Dzat Yang Maha Perkasa القاهر-القهار"
Asmaul Husna Al qahhir yaitu Dzat Yang Maha Perkasa sedangkan Al qahhar yaitu Dzat yang Maha berkuasa.
Nama Allah Al qahhir dan Al qahhar, memiliki sifat yang sama yaitu Al Qahhru (yang menundukan dan memaksakan). Apakah ada perbedaan yang signifikan antara mama Al qahhir dan Al qahhru jawaban nya tidak. Namun para ulama menjelaskan kedua nama tersebut memiliki perbedaan. Dikatakan Al qahhir ismu fai'il dan Al qahhar sifat mubalaghoh (sifat yang berarti sangat, luar biasa)
Al-Qahhar (القهار) merupakan sighat mubalaghah (bentukan kalimat yang berarti sangat) dari isim fa’il Al-Qahir (القاهر). Dia adalah “Yang mengalahkan segala sesuatu dan mengaturnya sebagaimana Dia kehendaki dan bagaimana Dia kehendaki. Dia menghidupkan makhluknya jika Dia kehendaki, mematikannya jika dia kehendaki, tidak ada satupun yang dapat mengalahkan-Nya dan memaksa-Nya.” (Tafsir Ath-Thabary, 17/52)
Jadi makna Al qahhir yaitu Dzat yang maha perkasa (ismu fa'il) sedangkan Al qahhar yaitu perkasa nya Allah memiliki arti yang sangat, Dialah Allah yang Maha berkuasa, mengalahkan segala sesuatu artinya semua makhluk tunduk kepada-Nya.
Ada ungkapan menarik terkait Al qahhar dan Al qahhir, Al-Baihaqi rahimahullah berkata :
“Al-Qahhar adalah Al-Qahir dalam makna mubalaghah (sangat). Dia yang maha kuasa. Maka maknanya kembali kepada sifat qudrah (kuasa) yang merupakan sifat berdiri sendiri. Ada yang mengatakan bahwa Dialah yang menundukkan makhluk atas apa yang Dia kehendaki.” (Al-I’tiqad, hal. 56)
Ketika kita salah dalam memahami Al qahhar dan Al qahhir, maka akan muncul syubhat ketika memaknai kalimat "Allah Maha berkehendak dan memaksakan". Syubhat yang dikeluarkan oleh kaum liberal mengatakan Allah memiliki sifat berkehendak dan memaksakan bukankah ini bertentangan dengan sifat Allah yang Maha kasih sayang. Sebab makna kasih sayang tidak mungkin memaksakan. Ini adalah syubhat yang bathil. Karena mereka menganggap memaksakan ini bertentangan dengan kasih sayang jelas tidak seperti itu.
Makna Al qahhar dan Al qahhir adalah sesuatu yang berjalan dan berdampingan. Bukan sesuatu yang bertolak belakang.
Analogi misal suami sebagai kepala rumah tangga, menegakkan suatu aturan, dengan kebijakan nya ini adalah bentuk kasih sayang. Contoh suami melarang istri berbuat sesuatu, ketika tidak dipaksa atau ditegaskan maka akan menimbulkan mudharat lainnya. Ini bentuk kasih sayang suami kepada istri. Menundukan dan memaksakan tidak selamanya bertentangan dengan kasih sayang. Justru ini bisa berjalan berdampingan dengan kasih sayang.
Nama Allah Al-Qahhar dan Al-Qahhir terdapat didalam Al-Qur’an. Nama Al-Qahhar terdapat 6 tempat dalam Al-Qur'an sedangkan Al-Qahhir terdapat 2 tempat.
▪︎ Nama Allah Al-Qahhir
~ Allah Ta’ala berfirman :
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ (سورة الأنعام: 18)
“Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui.” [ Al-An’am/6: 18]
~ Kemudian Allah Ta’ala berfirman didalam Al-Qur’an :
وَهُوَ ٱلْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِۦ ۖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ
"Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya." (Qs. Al An'am : 61)
Bagaimana ketetapan sifat ini yaitu salah satu bukti dari banyak bukti bahwa Allah Al ahad dalam uluhiyah. Tunggal dalam uluhiyah yaitu satu-satunya yang layak berhak diibadahi dan satu-satunya tempat bersandar. Jadi Al-Qahhar dan Al-Qahhir berkonsekuensi pada Allah Al ahad (Dzat Yang Maha Tunggal).
▪︎ Nama Allah Al-Qahhar
~ Ayat yang pertama
Dikemukakan dalam konteks bantahan Nabi Yusuf terhadap kemusyrikan dan kerusakaannya dan kesesatan para pelakunya; yaitu pada saat Nabi Yusuf berbicara kepada dua orang tahanan di dalam penjara:
{يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (39) مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنزلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ أَمَرَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (40) }
Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa? Kalian tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kalian dan nenek moyang kalian membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kalian tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Yusuf [12]: 39-40)
Didalam ayat di atas Yusuf menjelaskan pada kedua tahanan tersebut tentang kebathilan syirik dengan perkataan berikut:
"manakah tuhan-tuhan"; maksudnya tuhan-tuhan tersebut lemah dan tidak berdaya, tidak dapat memberikan bahaya maupun manfaat, tidak dapat memberi maupun menolak untuk memberi. Serta tuhan-tuhan tersebut berupa materi yang berbeda-beda, dari pepohonan, bebatuan, malaikat, orang yang sudah meninggal, dan lain sebagainya.
Perkataan:
"lebih baik ataukah Allah" Yang punya sifat
dan sifat mulia, "Yang Maha Esa" dalam Dzat, sifat sempurna, dan perbuatan diri-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, "Yang Maha Perkasa” dan segala sesuatu tunduk di bawah keperkasaan dan kekuasaan-Nya.
~ Ayat kedua
Disebutkan dalam konteks menjelaskan kebathilan perbuatan kaum musyrikin yang menyembah berhala, padahal seluruh berhala tersebut tidak kuasa memberikan manfaat atau mudharat bagi mereka. Hingga mereka meninggalkan ibadah kepada Allah Yang Maha Esa, Yang Maha Perkasa. Allah Ta’ala berfirman :
قُلْ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ قُلِ ٱللَّهُ ۚ قُلْ أَفَٱتَّخَذْتُم مِّن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلْأَعْمَىٰ وَٱلْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِى ٱلظُّلُمَٰتُ وَٱلنُّورُ ۗ أَمْ جَعَلُوا۟ لِلَّهِ شُرَكَآءَ خَلَقُوا۟ كَخَلْقِهِۦ فَتَشَٰبَهَ ٱلْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّٰرُ
"Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa". (QS. Ar-Ra'd [13]: 16)
Ibnu Sa'di-ketika menafsirkan ayat diatas seraya menjelaskan makna nama Allah al-Qâhir yang menunjukkan kebathilan perbuatan syirik-ia mengemukakan:
"Tak ada yang layak memiliki keesaan dan
keperkasaan selain Allah. Sebab tiap makhluk di atasnya ada makhluk lain yang memang berkuasa atas dirinya, kemudian di atas makhluk
yang menguasainya itu ada lagi makhluk lain berkuasa di atas dirinya yang lebih tinggi tingkatannya (lebih perkasa darinya), dan seterusnya hingga akhirnya keperkasaan bermuara pada satu Dzat yang bernama
al-Qahhar (Yang Maha Perkasa).
Jadi keperkasaan dan keesaan merupakan dua sifat yang berkaitan yang dimiliki oleh Allah Yang Maha Esa. Maka, berdasarkan dalil akal
yang kuat, jelaslah bahwa apa pun yang disembah selain Allah tidaklah memiliki kekuasaan sedikit pun untuk mencipta makhluk. Sehingga ibadah yang dilakukan kepadanya adalah bathil."
~ Ayat ketiga
Asma Allah al-Qahhar ini diungkapkan dalam konteks ancaman Allah kepada kaum kafir musyrikin berupa kebinasaan dan datangnya malapetaka besar pada hari ketika mereka menghadap Allah al-Wahidul Qahhar dalam keadaan terikat belenggu api Neraka, pakaian
mereka dari aspal, sedangkan wajah mereka ditutup api Neraka.
{ يَوْمَ تُبَدَّلُ ٱلْأَرْضُ غَيْرَ ٱلْأَرْضِ وَٱلسَّمَٰوَٰتُ ۖ وَبَرَزُوا۟ لِلَّهِ ٱلْوَٰحِدِ ٱلْقَهَّارِ (48) وَتَرَى الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ مُقَرَّنِينَ فِي الأصْفَادِ (49) سَرَابِيلُهُمْ مِنْ قَطِرَانٍ وَتَغْشَى وُجُوهَهُمُ النَّارُ (50) لِيَجْزِيَ اللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (51) }
"(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu di ikat bersama-sama dengan belenggu. Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka, agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya. (QS. Ibrahim [14]: 48-51)
~ Ayat keempat
Al-Qahhar disebut dalam konteks menetapkan keesaan Allah dalam sifat Uluhiyah-Nya:
{قُلْ إِنَّمَا أَنَا مُنْذِرٌ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (65) رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ (66)
"Katakanlah (ya Mumammad), "Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan. Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Shad [38]: 65-66)
Di dalam Tafsir-nya, Ibnu Sa'di mengatakan: "Ayat ini berisi penetapan Uluhiyah hanya kepada Allah dengan bukti yang tidak bisa
terbantahkan, yaitu keesaan dan keperkasaan Allah (kekuasaan-Nya) atas segala sesuatu. Keperkasaan berkaitan erat dengan keesaan, maka mustahil ada dua Dzat yang sama dan setara keperkasaannya. Dzat yang perkasa (berkuasa) terhadap segala sesuatu itu haruslah Yang Maha Esa dan tiada tandingan nya. Dan hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah sebagaimana Allah satu-satunya yang Maha Perkasa.
Tauhid adalah salah satu sebab meraih pengampunan Allah. Jika seseorang tidak mentauhidkan Allah maka bagaimana ia mendapatkan ampunan Allah. Ampunan yang diperoleh oleh seorang hamba karena sebab, diantara sebab pengampunan yaitu Meminta ampunan kepada Allah dengan istighfar. Terdapat hadist :
عَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَـى : يَا ابْنَ آدَمَ ، إنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيْكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ، ثُمَّ اسْتَغفَرْتَنِيْ ، غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ، ثُمَّ لَقِيتَنيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا ، لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابهَا مَغْفِرَةً
Dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Hai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.” [HR. at-Tirmidzi, dan beliau berkata: Hadits ini hasan shahih].
Para ulama menjelaskan sebab diampuni nya dosa yaitu
1. Berdoa dan berharap kepada Allah.
Sesungguhnya kita berdoa dan berharap kepada Allah niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah kita lakukan.
2. Beristighfar.
Allah mengatakan seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli.
3. Tauhid.
Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.
~ Ayat kelima
Nama al-Qahhar ini disebutkan di dalam konteks
menerangkan kemahasucian Allah dari segala bentuk kesyirikan:
.أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ (3) لَوْ أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا لاصْطَفَى مِمَّا يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ سُبْحَانَهُ هُوَ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (4) }
"Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), "Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesunggguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. Kalau sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaannya yang telah diciptakan-Nya. Mahasuci Allah. Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan." (QS. Az-Zumar [39]: 3-4)
~ Ayat keenam
Al-Qahhar disebutkan dalam konteks ancaman
siksa bagi kaum musyrikin pada hari Kiamat, saat mereka dihadapkan kepada Yang Maha Esa dan Maha Perkasa, yang tidak ada satu pun dari perbuatan atau kejahatan mereka luput dari pengetahuan-Nya:
يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ لَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ (16) الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (17)
"(yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman), "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya." (QS. Al-Mu'min [40]: 16-17)
Lafazh (القهار) "Maha Perkasa"
Pada ayat di atas maksudnya, Allah Maha Perkasa atas seluruh makhluk yang hina (merendahkan diri) dan tunduk kepada-Nya. Khususnya nanti di hari Kiamat, saat semua wajah tunduk kepada-Nya Yang Maha Hidup, Maha Mengurusi makhluk-Nya.
Keenam ayat tersebut makna yang jelas :
~ Keperkasaan Allah tampak bagi orang-orang yang mengambil sesembahan selain Allah.
~ Keperkasaan Allah tampak kelak ketika semua orang dikumpulkan oleh Allah, orang-orang yang bermaksiat diikat dan dibelenggu, memakai pakaian panas. Ini menunjukkan kemaha kuasaan Allah.
~ Allah al-Wahid (Yang Maha Tunggal) dengan al-Qahhar (Yang Maha Perkasa).
~ Al-Wahid tidak lain adalah al-Qahhâr dan al-Qahhar tidak lain adalah al-Wahid. Tidak diragukan lagi, ketetapan ini menafikan adanya
sekutu bagi Allah dan membantah penyembahan selain-Nya.
Makna al-Qahhâr, Imam Ibnul Qayyim menuturkan:
"Dzat Yang Maha Perkasa tidak lain merupakan Dzat Yang Maha Tunggal. Sebab, seandainya ada Dzat yang menandingi Allah, jika dia tidak dapat mengalahkan-Nya, maka dia tidaklah pantas dikatakan Maha Perkasa; jika dia bisa mengalahkan-Nya, maka seharusnya tiada satu pun yang menandinginya. Karena hanya ada satu Dzat Yang Maha Perkasa.
Atas dasar paparan ini, jelaslah korelasi tauhid dengan keimanan terhadap nama Allah al-Qahhar. Jelas pula bahwasanya siapa saja yang mengakui keesaan di dalam keperkasaan-Nya, maka niscaya dia akan
menujukan ibadahnya hanyalah kepada Allah. Berdasarkan keterangan tersebut diketahui pula mengenai kebathilan perbuatan syirik. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka sekutukan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan.
والله أعلمُ بالـصـواب
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
Jaazakallahu khairan ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله atas waktu, ilmu, nasehat nya, semoga ilmu yang telah sampai kepada kami, Allah mudahkan untuk kami amalkan. Barokallahu fiikum.
✏️Notulen
Wellin Zarlin
Comments
Post a Comment