Sharing Time with Filiz Islamic Bride
Sharing 14 Maret 2024 with Filiz Islamic Bride
Afwan, aku mau izin sharing cerita aku sendiri, tapi mungkin bakal panjang banget, juga kesana-kemari karena aku ga pandai bercerita🙏🏻, tapi rasanya aku ingin sampaikan banget siapa tau ada hikmah yang bisa kalian petik dari ceritaku ini🥰
Izin cerita juga, beberapa hari lalu aku ceritanya silaturahmi sama guruku. Istrinya adalah guru SMA ku dulu, dan suaminya adalah guru lesku. Aku jarang silaturahmi, padahal jarak rumahnya juga ga jauh, cuma beda kelurahan aja, karena kalau silatutrahmi bakal selalu ditanya visi misi kedepan mau gimana, dll. Karena kebetulan bu guru habis melahirkan, jadi aku merasa waktunya pas aja, aku pikir mungkin nanti lebih banyak bahas debaynya. Eh pas datang, dugaanku salah, tetep aja aku dibombardir pertanyaan terkait langkah2 ku kedepan gimana. Sebenarnya memang pertanyaannya bagus banget, karena buat memicu diri aku sendiri.
Nah background aku kan dulu memang semasa SMA nilai tuh naik terus gitu, ini guru les aku yang menilai. Memang bukan juara kelas, tapi selalu meningkat gitu, dari yg awalnya peringkat 5 (pas kelas x), lalu jadi peringkat 2 (kelas xi), sampai di kelas xii tuh jadi peraih nilai UN tertinggi sekelas.
Akhirnya aku masuk kuliah, mulai belajar organisasi, dll, tapi ketika menuju tugas akhir diri aku bermasalah sampai akhirnya aku memutuskan untuk berhenti. Keputusan itu engga aku buat mendadak, itu aku lakukan setelah aku tetap berjuang mengerjakan tugas akhir, sampai pindah laboratorium (aku masuk jurusan bidang sains), sampai molor 2 tahun dari yang seharusnya aku lulus, tapi aku tetap merasa stuck disitu2 aja. Akhirnya aku pulang ke rumah dan mencoba menjauh dari dunia, sambil introspeksi diri. Dari situ aku merasa ada proses yang salah yang aku jalani saat menempuh kuliah dulu, entah itu mungkin karena aku baru banget masuk organisasi pas kuliah, atau memang pengaruh teman juga, atau memang itu bagian dari diri aku sendiri. Mungkin juga bagian dari apa yang disebut dengan "karma", karena sebelumnya aku merasa aku menjalani proses yang salah. Proses disini dalam hal aku belajar ya, hehe bukan karena yang lain😁
Lama aku di rumah dan memutus kontak dari teman-teman. Kalau tidak salah dari ketika berita covid pertama muncul, dan semua mengharuskan wfh. Selama dirumah aku ikut2 webinar/boothcamp biar tetap ada kegiatan, kayaknya hampir semua bidang aku ikutin, selama itu gratis🤭.
Lalu beberapa bulan atau sepertinya setahun kemudian aku ditimpa sakit dbd, paaas banget waktunya seminggu sebelum lebaran dan pas malem takbiran aku nginep di klinik.
Setelah sakit itu, aku mulai ikuti webinar2 keagamaan, dari situ aku baru berani interaksi (mungkin juga karena pesertanya banyak akhwat) dan akhirnya mendapat banyak teman online, beberapa bulan kemudian aku mulai kerja ditempat pamanku. Aku juga mulai menyapa kembali teman-temanku, germasuk guru lesku itu. Tapi, karena aku ga betah kerja disana karena karyawannya lebih banyak laki2, akhirnya setelah 2x dapat gaji, aku memutuskan berhenti.
Eh pas berhenti, kebetulan banget, mamah sakit. Ada luka di kakinya, dan karena ada diabetes, jadi lukanya lama sembuh. Akhirnya aku dirumah terus, ga ada yg urus pekerjaan rumah. Sebulan luka masih tetap basah, eh sebulan selanjutnya lukanya malah menyebar setelah ikhtiar berobat kesana-kemari, sampai akhirnya mamah wafat dan itu di oktober 2022.
Setelah kepergian mamah itu, aku ada sedikit merenung. Mungkin ini salah satu hikmah yang aku dapat dari serangkaian kejadian yang aku alami sampai2 aku memutuskan untuk berhenti kuliah pada waktu itu. Yaitu bisa menemani mamah sampai mamah wafat. Karena pada saat kuliah dulu, aku punya mimpi untuk kuliah ke jerman, lalu kalau aku sampai lulus, dan impianku itu terwujud, mungkin aku ga bisa disamping mamah menemani dan membantu di akhir-akhir waktunya.
Positifnya:
Selama masa-masa ketika aku dirumah aja, selama introspeksi diri itu, aku kan bener2 ga kontakan sama teman2ku. Tapi ada gitu harapan dari lubuk hati terdalam tuh "ingin punya teman yang lanjut S3 di luar negeri", walau merasa ga mungkin juga karena aku ikut webinar/boothcamp aja tuh, yg tugasnya harusnya kelompok, aku kerjain sendiri, aku ga berani menyapa yg lain karena aku sendiri insecure dan bingung sama background pendidikan aku, apakah aku harus bilang kalau aku lulusan sma, tapi aku cukup tua umurnya, atau aku harus bilang aku pernah kuliah di universitas x tetapi tidak sampai lulus, akhirnya aku tetap diam di grup. Tapi karena waktu itu grupnya di telegram, dan aku termasuk pengguna baru, dan aku salah pencet, dari situ aku malah dapat teman, dan beberapa bulan kemudian teman baru ku itu mengabarkan kalau dia baru sampai di Jepang untuk studi doktoralnya. Speechless banget dong aku dari situ, ga terduga, ga nyangka banget apa yang aku harapkan justru jadi kenyataan, padahal waktu itu aku merasa ga mungkin banget.
Trus semenjak mamah sakit itu aku ikut komunitas odoj, karena aku dirumah aja aku ingin biar punya target tilawah setiap hari kan. Setelah mamah wafat, beberapa bulan kemudian aku ikut program menghafal al-quran beserta artinya gitu di AMMA Ihyaul Quran, pesertanya di grupku banyak ibu-ibu, beberapa bulan kemudian ada peserta baru masuk grup, dan ga nyangka salah satunya cuma beda setahun aja, seneng dong akhirnya punya teman seumuran. Tapi liat nomornya, dari luar, akhirnya aku tanya2, ternyata dia sedang studi S2 di Jerman, bahkan S1-nya pun disana. Aku merasa amaze banget sama caranya Allah mempertemukan aku sama dia, aku yang dulunya punya mimpi kuliah disana, justru dapat teman dari komunitas yang aku ikuti yang sedang berkuliah disana. Lumayan banget, mengobati kerinduan akan mimpi2ku dulu.
Minus-nya, sampai sekarang aku masih stay di rumah, belum ada progress dari aku sendiri terkait aku kedepannya gimana. Masa2 suram ku (2 tahun molor), masa2 intospeksi ku yang beberapa bulan diem di rumah ga ada interaksi dengan teman, pun sampai ketika aku memutuskan berhenti kuliah, masa2 kala itu membuat aku cukup meragukan tujuan hidupku sendiri, dan bahkan keputusan aku berhenti pun membuat aku ragu melangkah kedepannya bagaimana.
Tapi setelah mendapat teman2 online, banyak dari mereka bahkan seumuran dengan adikku, aku merasa punya adik2 baru, dan terkadang mereka curhat atau tanya2 terkait impian2 mereka atau terkait perkuliahan karena aku pernah kuliah. Dikala aku bingung dengan mimpiku sendiri, rasanya senang sekali punya adik2 yang masih fresh dan semangat untuk meraih mimpi2nya. Dari situ aku mulai memberanikan diri untuk memiliki mimpi yang baru. Aku sudah memiliki keinginan untuk berkuliah lagi, tapi di jurusan yang berbeda, tapi hal ini belum aku eksekusi karena dananya belum ada😅, karena bapakku sedang menguliahkan adikku dan sedang membayar hutangnya juga ke bank.
Nah kembali ke cerita aku diawal, dimana aku silaturahmi ke guru. Aku terakhir bertemu guru2 ku itu ketika mamah wafat, karena mereka mendatangi rumahku, dan lalu aku baru silaturahmi lagi beberapa hari yang lalu. Berarti sudah hampir 1,5 tahun sejak silatirahmi terakhir, tapi aku masih stucl di rumah terus. Lalu guru ku bilang yang intinya begini, ini pakai bahasaku sendiri ya :
"Masa-masa sekolah, bagusnya tuh memang untuk meraih mimpi. Selain karena lingkungannya jelas (karena dikelilingi teman2 yang sama2 belajar untuk kuliah, saingannya pun ada misal ingin meraih peringkat), target yang dicapai jelas (ingin kuliah kemana), dan waktunya juga jelas (kalau untuk UN ya beratti belajarnya sampai menjelang UN, kalau belajar untuk SBMPTN ya belajarnya sampai detik2 menjelang SBMPTN juga).
Tapi ketika dewasa, lingkungannya pun jadi berbeda, mungkin ada teman2 yang sudah nikah dan sudah punya anak, teman2 lain yang lanjut studi s2, atau teman2 lain yang sudah asyik dengan pekerjaannya sendiri, dan sekarang kamu sendirian yang baru mau merajut mimpi ditengah lingkungan yang sudah bercampur baur seperti itu. Kalau ga ada target waktu yang jelas, mimpi yang mulai kamu rajut kembali itu akan percuma"
Hikmah yang aku dapat dari ceritaku sendiri :
- Ketika kamu mengalami masalah, mengalami serangkaian masalah sampai kamu bertanya2 "apa sih yang aku dapatkan dari semua ini? Kayaknya ga berhenti2". Percayalah, setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Hikmah itu mungkin ga bisa kamu liat saat itu juga, tapi baru kamu rasakan beberapa waktu kemudian, wallahualam.
- Apa yang kamu harapkan, sekecil apapun kemungkinannya, kalau Allah memang berkata iya, ya harapan itu akan terwujud. Jadi jangan pernah putus harapan meski kamu merasa ga mungkin. Toh kalaupun memang harapan itu tak terwujud, siapa tau kamu ternyata diarahkan ke jalan yang terbaik (menurut Allah) yang bahkan ga pernah kamu duga.
- Lalu kalau doa sebaiknya jangan muluk2. Aku pas berharap "ingin punya teman yang S3 di luar negeri", ketika tenyata terwujud, justru menyesal, kenapa ya engga sekalian berharap kalau aku yang S3 di luar negerinya, atau kenapa ya engga sekalian berharap bukan cuma teman tapi jodoh/suami hehe🤭, karena temen aku yg studi di sana itu kebetulan laki2😅.
-Dan terakhir, kalau kamu punya goals atau mimpi lain, atau bahkan seperti aku yang baru berani merajut mimpi lagi. Jangan cuma jadi pemimpi, tapi jadilah pejuang mimpi. Eksekusi mimpi2 tersebut dengan step yang jelas, dan target waktu yang jelas. Semangat💪🏻💪🏻💪🏻
____
[3/14, 9:05 PM]-7544 (~~J): mohon maaf sekedar bertanya, itu mantan guru les nya maksudnya apa ya berkata demikian? khususnya saat pertemuan terakhir itu? mba, aku setuju loh sama pemikiran mu bahwa Allah membawamu sejauh ini pasti ada alasan terbaik. momen km bisa bersama mamah, merawat mamah km smpai mamah kembali ke Allah itu momen yg harus km syukuri, walaupun km harus membayarnya dgn "kehilangan" momen untuk km mengejar mimpi. percayalah, momen mengurus mamah km gakan bisa dapatkan kembali. tapi untuk meraih mimpi, kapanpun klo Allah mau, km bisa meraihnya mba. tidak ada batasan waktu, momen yg tepat bla bla bla yg seperti gurumu itu bilang. sama sekali ga ada kata terlambat untuk mengejar mimpi 😊
[3/14, 9:16 PM] Nina Hardiana: Itu mba, soalnya guru les aku menyayangkan aku yang putus kuliah. Dan kalau ketemu beliau, beliau selalu bilang kalau beliau liat aku tuh ya liatnya aku yang pas SMA, aku yang masih semangat mengejar mimpi, punya potensi besar. Dan yang terakhir itu maksudnya, kan dulu kalau sekolah target waktunya jelas gitu, kalau kita mau ujian, waktu ujiannya kapan, berarti belajarnya dari sekarang sampai waktu ujiannya tiba. Kalau sekarang kan aku ga ada target waktu yang jelas, karena 1,5 tahun ga ketemu aja ternyata masih di rumah, meski udah punya mimpi buat kuliah lagi. Maksudnya kan dananya ga harus dari keluarga, kalau misalnya aku mau membiayai sendiri, berarti aku harus mulai kerja dulu gitu misalnya. Kalau aku pribadi sih, ya melihat aku sendiri ada peningkatan sedikit, meski yang orang lain liat mungkin stuck di situ2 aja. Tapi aku juga ngerti maksud beliau, karena beliau guru les aku, beliau mengarahkannya pasti ke pendidikan😅. Mengingat umur ku juga mau 28 tahun ini, kalau engga disegerakan ya engga bagus juga, belum kan harus menikah juga. Belum kalau punya anak, kita pasti punya keinginan anak kita tuh melihat "sesuatu" yang bisa jadi dibanggakan dan jadi contoh gitu buat anak kita, begitu kata beliau
[3/14, 9:18 PM] Nina Hardiana: Iya kak, setuju banget, ga ada kata terlambat untuk mengejar mimpi, selagi kita masih bisa bernafas berarti kesempatan itu tetap ada ya kak🥹
___
[3/14, 9:12 PM]-0353 (Emiralda PG) : Barakallah mbk ✨ suksesnya org gk cm diliat sbrp tinggi pnddikannya ataupun jabatannya, bs menemani ortu dan mjga beliau smpai akhir hyat insyaa Allah jg trmsuk one of kesuksesan kok mbk 🫶🏻.. Smga Allah ridho atas smua yg sdh mbk jalani
[3/14, 9:19 PM] Nina Hardiana: Aamiin, syukron mbak☺️🫶🏻
____
[3/14, 9:20 PM]-7544 (~~J): you still have your time for your dreams mba..aku gak setuju dgn logika krn gak disaat momen bersamaan dgn yg sedang berjuang jadi km kalah dan sulit untuk maju. gak mba, bukan seperti itu caranya untuk mendukung mantan anak didiknya. kesannya kek bikin down mental aja gt. pendiri KFC saja sukses di usia dia sdh sepuh kok, dan bnyk org2 sukses pun yg harus gagal bbrp x untuk mencapai mimpinya dan malah berhasil di usia yg sdh tdk muda lg. jd menurut saya, jgn patah semangat, lbh bersyukur and slow down aja mba, lagian kita gakan pernah tau usia kita smpe angka berapa 😁
[3/14, 9:31 PM] Nina Hardiana: Aku liat tanggapan kk2 disini kayaknya aku yg salah bercerita deh 😅. Tapi makasih mbak dan kakak2 yg lain yg sudah menyemangati aku🥰
Alhamdulillah dengan aku mendengar nasihat guru lesku itu, engga bikin aku mental ku down, tenang aja 😁 soalnya aku udah pernah mengalami itu bahkan sampai hampir depresi juga, tapi yang skrg alhamdulillah ke trigger pun engga ☺️
Soalnya memang benar, perlu juga kasih batasan waktu yang jelas sebagai salah satu langkah untuk menggapai mimpi. Atau bukan cuma waktu aja, step/langkah2 juga bisa, karena aku kan belum ada dananya, aku bisa mulai dengan mulai belajar lagi, karena pastin nanti ada ujian masuknya atau persiapan lain. Supaya ketika dananya nanti ada aku sudah siap🥰
____
[3/14, 9:22 PM] -7799 (D. Hadopiah): Maasyaa-allaah... Makasih kak udah bercerita, saya jadi semangat lagi buat mengeksekusi mimpi²🤍
[3/14, 9:31 PM] -7308 (ويـــــــدء): Maasyaa Alloh Tabarakalloh tteh deep banget kisahnya🥹🫶🏻
Semangat juga teh, semoga impian nya segera terwujud🤲😇 peluk jauh teh🥹🫂
[3/14, 9:32 PM] Nina Hardiana: Aamiin, makasih mbak🫂🥰
___
[3/14, 9:57 PM]-9968 (~tiara~): MasyaAllah, makasih sdh mau bercerita disini kak, penuh lika-liku perjuangannya ya kak, tapi semoga tetap berkah dan penuh hikmah di setiap perjalanan hidupnya kk. Dan semangat terus untuk mengejar mimpi2 yg ada kak nina 🤗
Dan aku juga setuju ttg nasihat guru les nya itu kak, sebenernya maksud beliau itu baik, karena jika kita punya suatu mimpi atau tujuan, kita harus netapin target. Misal: mau lanjut S2 dalam 6 bulan ke depan, dan harus buat target spesifik langkah2 yg harus dilakukan apa dan bagaimana. Karena dgn begitu, kita akan semakin terarah dan gak pantang menyerah di tengah jalan. Kalo istilahnya sekarang itu buat IDP (individual development program) untuk setiap mimpi yg ingin kita capai 😊
Dan semoga kk bisa menemukan teman2 yg punya semangat positif dan tujuan yg sama ya kak, supaya jadi lebih mudah untuk meraih mimpi kk✨
Peluk dari jauh kak 🫶
[3/14, 10:04 PM] Nina Hardiana: Aamiin Allahumma Aamiin. Terimakasih kak tiara untuk support dan doanya🥰
Aku baru tau istilah IDP ini, makasih juga nih infonya🤭
🫂🫶🏻
[3/14, 10:06 PM] -9968 (~tiara~): Sama2 kk 🤗
Hihi iya sama aku juga baru tau di tahun ini karena lagi ikut program pengembangan diri selama setahun kak, kl kk mau tanya2 ttg kegiatannya boleh kontak2 aja hehe
[3/14, 10:08 PM] Nina Hardiana: Oke kak😁👍🏻
____
[3/14, 10:14 PM] Filiz Family: Masyaa allaah teh tetehh..
Haru banget baca sharing time kalii inii 🫶🏻🫶🏻🫶🏻
Makasih banyakk teh tetehh uda mau bercerita , sharing cerita disini yaaaa..❤🩹
Banyak bangett hikmah yang bisa kita petik bareng bareng lewat cerita teteh tetehhh barusannn🥰
Pelukk jauhhhh buat teteh tetehh semuaaaa 🤗
[3/15, 8:56 AM] -9443 (Siska): Terus semangat ya teh 🫶🏻
Ini ada kutipan menarik dari buku Start with Why (Simon Sinek) yg selama ini aku jadiin pedoman dalam meraih cita-cita
[3/15, 6:05 PM] -3051 (Dyan Uttamy): Semangat mbk jgn mdh nyerah
Q lho mbak usia udh 33 th qodarullah nya blm menikah
Dan bru aja resign dr kerjaan
Usia udh kpl 3 yg lain mungkin udh pya kerjaan tetap mapan , sdgkan q msh kesana kemari hehe
Bismillah lah pasti ada hikah nya di balik smwa ini 🤗
#nyemangatindirisendirijuga 😂😂😂
___
[3/14, 9:31 PM] FIB - Yuni: haii kak, btw makasih ya udah berbagi kisah yg hampir mirip kayak aku yg sempet putus kuliah pas akhir semester karena suatu hal. awalnya aku kira selama ini aku sendiri yg merasakan hal ini ternyata masih ada orang yg lebih kuat dari aku yaitu kaka🥹
[3/14, 9:39 PM] Nina Hardiana: Masyaallah, sama2 kakak☺️
Aku sebelumnya cuma bagiin ini ke beberapa orang deket, tapi aku sendiri merasa hikmah yg aku dapat tuh luar biasa sekali, makanya aku ingin cerita ke orang2 supaya orang yg sedang atau pernah mengalami hal yang sama seperti aku ga merasa down dengan kejadian/masalah yang sedang dialaminya.
Dan kebetulan pas banget di grup hari ini untuk sharing2☺️
Comments
Post a Comment