Mengenal Allah #Part 2

 📄 *NOTULENSI KAJIAN KITAB NASHIHAH LINNISA*

📚 Tema : "Mengenal Allah" #Part 2

►  Serial Nasehat Untuk Muslimah 

I Kitab Nashihati Linnisa نصيحتي للنساء 

| Sabtu, 3 February 2024 | 22 Rajab 1445H

| Jam 05.30 - 06.30 

🎙️Ustadzah Imroatul Azizah حفظها الله

 Inspirator Muslimah

| Alumnus Daar El-Hadits Yaman

| Pimpinan Sekolah Alam Tahfizh Unggulan 

http://bit.ly/satuofficial


﷽      


Ustadzah membuka majelis dengan pujian kepada Allah, shalawat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, muqodimah dan do'a-do'a.

  

🏷️ Doa memohon ilmu yg bermanfaat 


 اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً


Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal dan amal yang diterima.


🏷️ Do’a dimudahkan segala urusan 


 رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي  وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي  يَفْقَهُوا قَوْلِي


[Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thoha: 25-28).


Alhamdulillaahil-ladzii bini'matihi tatimmush-shoolihaat, kita diberikan kesempatan untuk duduk dimajelis ilmu. Ini adalah nikmat yang luar biasa Allah dan Allah berikan kepada siapa yang Allah kehendaki. 

Bersyukur kita diberikan nikmat untuk belajar, karena dengan ilmu kita bisa beramal. Semoga Allah istiqomahkan kita didalamnya. Mari kita perbanyak bersyukur yang senantiasa memberikan nikmat untuk terus menuntut ilmu.


📚 Tema : "Mengenal Allah" #Part 2


Ustadzah menyampaikan materi dari Syarah Lum’atul I’tiqaad dengan merujuk kepada penjelasan Syaikh ‘Utsaimin dalam Al Qawaa’idul Mutsla.


Ketika menisbatkan nama dan sifat-sifat Allah, maka rujukan nya  kepada Al-Qur’an dan As Sunnah. Sikap yang wajib kita lakukan terhadap nash-nash Al Kitab dan As Sunnah yang berbicara tentang Nama dan Sifat Allah. 


Didalam menetapkan nama dan sifat-sifat Allah, tidak bisa difahami dengan akal tapi dengan dalil. Akal hendaklah tunduk kepada dalil. Memahami nama dan sifat Allah dengan taufiqiyyah yaitu (mesti dengan dalil)


Misal Allah memiliki nama Ar rahman, makna Ar rahman yaitu Allah memiliki sifat Rahmah (kasih sayang) kepada seluruh makhluk-Nya.


Di dalam Al Qur’an dan As Sunnah, ada sifat-sifat kesempurnaan yang ditetapkan bagi Allah dan ada pula sifat-sifat kekurangan yang dinafikan/ditiadakan bagi Allah. Sifat yang ditetapkan disebut sifat tsubutiyyah, adapun sifat yang dinafikan disebut sifat salbiyyah.


*📍Makna Sifat Tsubutiyyah dan Sifat Salbiyyah*


*Pertama*, Sifat Tsubutiyyah

Yang dimaksud sifat tsubutiyyah adalah sifat kesempurnaan yang ditetapkan oleh Allah untuk diri-Nya di dalam Al Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 


Sifat Tsubutiyah terbagi 2 yaitu 

Sifat Dzatiyah dan Sifat Fi’liyah.


Sifat-Sifat Allah Ta’ala yang ditetapkan bagi-Nya di dalam Al Kitab dan As Sunnah bisa dibagi menjadi dua:


A. Sifat Dzatiyah

Yaitu sifat yang senantiasa melekat pada Diri Allah, Sifat-Sifat yang tidak terpisahkan dari Dzat Ilahiyah. Sifat Dzatiyah ini pun terbagi 2 bila dilihat dari kandungan isinya:


~Sifat Dzatiyah Ma’nawiyah

Yaitu sifat yang menunjukkan kepada sesuatu yang maknawi seperti Hidup (al hayat), Mampu (qudrah), Bijaksana (hikmah), Mengetahui (al ‘ilmu) dst.


~Sifat Dzatiyah Khabariyah

Yaitu Sifat-Sifat Allah yang padanan namanya pada makhluk merupakan bagian dan anggota badan, seperti dua Tangan, Wajah, Kaki, Betis dan lain sebagainya.


B. Sifat Fi’liyah

Yaitu Sifat-Sifat yang berkaitan erat dengan Kehendak Allah. Sifat semacam ini terbagi menjadi dua berdasarkan sebab yang terkait dengannya:


Sifat Allah yang sebabnya kita ketahui, seperti sifat Ridha.

Sifat Allah yang tidak memiliki sebab yang diketahui, seperti sifat Istiwa’/bersemayam.


Contohnya sifat al hayah (hidup), al qudrah (berkuasa), istiwa’ ‘alal ‘Arsy (tinggi dan menetap di atas ‘Arsy), nuzul (turun ke langit dunia), al wajh (mempunyai wajah), al yadain (mempunyai dua tangan), dan lain sebagainya. Sifat-sifat ini wajib ditetapkan bagi Allah sesuai dengan keagungan Allah Ta’ala.


*Kedua*, Sifat salbiyyah

Yang dimaksud sifat salbiyyah adalah sifat-sifat yang Allah nafikan dari diri-Nya baik dalam Al Qur’an maupun di dalam hadits. 


Sifat salbiyyah merupakan sifat kekurangan dan tercela yang tidak layak bagi Allah Ta’ala. Contohnya sifat al maut (mati), an naum (tidur), al jahlu (bodoh), an nisyan (lupa), dan at ta’ab (lemah).


Sifat salbiyyah wajib dinafikan/ditiadakan dari Allah karena mengandung sifat kekurangan dan tercela.


Termasuk keimanan kepada Allah adalah beriman terhadap sifat-sifat Allah yang telah Allah tetapkan untuk diri-Nya dan Rasulullah tetapkan untuk Allah tanpa melakukan tahrif, ta’thil, tamtsil, dan takyif “ (Al ‘Aqidah Al Wasitiyyah).


▪︎ Tahrif lafzi, yaitu mengubah suatu bentuk lafaz ke bentuk lainnya, baik dengan mengubah harakat, menambah kata atau haruf, maupun dengan menguranginya. 


Contoh tahrif lafdzi:

Mengubah lafaz (اسْتَوَى) dalam firman Allah  (الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى) dengan (اسْتَوَلى), yaitu dengan menambah satu huruf. Tujuannya adalah untuk menolak sifat istiwa’.


▪︎ Ta’thil artinya mengosongkan dan meninggalkan. Maksudnya mengingkari nama-nama dan sifat-sifat Allah yang telah Allah tetapkan untuk diri-Nya, baik mengingkari keseluruhan maupun sebagian, baik dengan men-tahrif maknanya maupun menolaknya. Pelaku ta’thil disebut mu’atthil.


▪︎ Takyif artinya menyebutkan tentang kaifiyah (karakteristik) suatu sifat. Takyif merupakan jawaban dari pertanyaan “bagaimana?”.


Ahlussnunnah wal jama’ah tidak men-takyif sifat Allah. Terdapat dalil naqli dan dalil ‘aqli yang menunjukkan larang takyif.


▪︎ Tamtsil adalah menyebutkan sesuatu dengan yang semisalnya. Takyif dan tamtsil mempunyai makna yang hampir sama, namun terdapat perbedaan. Takyif lebih umum daripada tamtsil. Setiap mumatstsil adalah mukayyif, namun tidak setiap mukayyif adalah mumatstsil. Takyif adalah menyebutkan bentuk sesuatu tanpa menyebutkan contohnya. Misalnya seseorang mengatakan bahwa pena miliknya bentuknya demikian dan demikian (tanpa menyebutkan contoh). Jika dia menyebutkan contohnya, maka dia melakukan tamtsil. Misalnya mengatakan bahwa pena miliknya serupa dengan pena milik si A.


Yang dimaksud tamtsil dalam asma’ wa shifat adalah menyamakan nama dan sifat Allah dengan makhluk.


*Keempat hal diatas terlarang dalam mengimani nama dan sifat Allah.* Karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,


لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ


“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. Asy Syura: 11)


*"_'In syaa Allah kembali pembahasan kitab Nashihati Linnisa."_"*


📍Tanya Jawab Bagian Delapan Belas :  

Apakah Allah mempunyai Nafs (jiwa)?


↪️ Jawab: 

Ummu Abdillah menjawab :

Aku katakan, dan hanyalah Allah Dzat yang memberi petunjuk kepada kebenaran, an-nafs telah tsabit (pasti, ada) bagi Allah. 


Maa syaa Allah Ustadzah mendoakan semoga kita menjadi sosok pembuka pintu-pintu kebaikan. Jika kelak kita dihadapkan dengan pertanyaan yang kita belum tau jawabannya maka jangan sungkan katakan  Saya tidak tau. Ketauhilah berbicara perkara agama harus dengan dalil. 


Betapa agung ucapan sahabat Abu Darda, “Ucapan ‘saya tidak tahu’ adalah setengah dari ilmu.” (Mukhtashar Jami’ Bayan al-Ilmi wa Fadhih, Ibnu Abdil Bar, hal 225)


Sebagaimana Allah telah berkata kepada Nabi Musa alaihis salam :


{فَلَبِثْتَ سِنِينَ فِي أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلَى قَدَرٍ يَا مُوسَى (40) وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِي (41) }


maka kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan, kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan, hai Musa, dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.  (QS. Thaha [20]: 40-41)


Allah berfirman kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam :


وَإِذَا جَآءَكَ ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِـَٔايَٰتِنَا فَقُلْ سَلَٰمٌ عَلَيْكُمْ ۖ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَىٰ نَفْسِهِ ٱلرَّحْمَةَ ۖ أَنَّهُۥ مَنْ عَمِلَ مِنكُمْ سُوٓءًۢا بِجَهَٰلَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنۢ بَعْدِهِۦ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُۥ غَفُورٌ رَّحِيمٌ


"Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: "Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-An'am [6]: 54)


Allah Ta’ala berfirman :


... وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفْسَهُۥ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ ٱلْمَصِيرُ


"... Dan Allah memperingatkan kalian terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu)." (QS. Ali 'Imran [3]: 28)


Allah Ta’ala berfirman :


... وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفْسَهُۥ ۗ وَٱللَّهُ رَءُوفٌۢ بِٱلْعِبَادِ


"...Dan Allah memperingatkan kalian terhadap siksa-Nya. Dan sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya." (QS. Ali Imran [3]: 30)


Allah Ta’ala berfirman :


قُل لِّمَن مَّا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ قُل لِّلَّهِ ۚ كَتَبَ عَلَىٰ نَفْسِهِ ٱلرَّحْمَةَ ۚ...


"Katakanlah: Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?' Katakanlah: Kepunyaan Allah.' Dia telah menetapkan atas

diri-Nya... (QS. Al-An'am [6]: 12)


Dari dalil diatas kita ketauhi, bahwa salah satu sifat Allah Azza wa Jalla yaitu Nafs. 


*💡Mari mengenal apa itu hadist qudsi.*

Ungkapan hadis qudsi terdiri dari dua kata, hadis dan qudsi.


~Hadis [arab: الحديث]: segala yang dinisbahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, atau karakter beliau.


~Qudsi [arab: القدسي] secara bahasa diambil dari kata qudus, yang artinya suci. Disebut hadis qudsi, karena perkataan ini dinisbahkan kepada Allah, al-Quddus, Dzat Yang Maha Suci.


▪️Hadist qudsi adalah hadis yang maknanya diriwayatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah, sementara redaksinya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Dan inilah yang membedakan antara hadis qudsi dengan al-Quran. Dimana al-Quran adalah kalam Allah, yang redaksi berikut maknanya dari Allah ta’ala.


▪️Sedangkan Hadist nabawi (hadis biasa), maknanya berdasarkan wahyu dalam kasus di luar ijtihad Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara redaksi hadis dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Az-Zarqani mengatakan,


الحديث القدسي أُوحيت ألفاظه من الله على المشهور والحديث النبوي أوحيت معانيه في غير ما اجتهد فيه الرسول والألفاظ من الرسول


Hadis qudsi redaksinya diwahyukan dari Allah – menurut pendapat yang masyhur – sedangkan hadis nabawi, makna diwahyukan dari Allah untuk selain kasus ijtihad Rasulullah, sementara redaksinya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Manahil al-Urfan, 1/37)


Al-Imam Muslim meriwayatkan (4/1995): 'Abdullah bin 'Abdirrahman bin Bahram ad-Darimi telah menceritakan kepada

kami, Sa'id bin 'Abdil 'Aziz telah menceritakan kepada kami, dari Rabi'ah bin Yazid, dari Abu Idris al-Khalwani, dari Abu Dzarr Dari Nabi sebagaimana yang beliau riwayatkan dari Allah bahwa Allah berfirman :


يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا


“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikan kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi"


Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِى كِتَابِهِ – هُوَ يَكْتُبُ عَلَى نَفْسِهِ ، وَهْوَ وَضْعٌ عِنْدَهُ عَلَى الْعَرْشِ – إِنَّ رَحْمَتِى تَغْلِبُ غَضَبِى »


“Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.”


*Terkadang kita banyak melalaikan Hak Allah, menunda kewajiban yang harusnya kita tunaikan. Tapi Allah tidak langsung memberikan hukuman dan menunda adzab nya. Malulah kita yang terus-menerus diberikan nikmat oleh Allah tapi masih lalai dalam beribadah 🥀*


*Seseorang yang mengenal Allah lebih dalam, maka ia akan makin nikmat dalam beribadah. Ia menyadari bahwa Allah yang memberikan ia nikmat nafas, nikmat tubuh, nikmat memiliki ilmu. Hendaknya kita makin bersemangat untuk mengenal Rabb kita yang Rahmat Nya mengalahkan kemurkaan Nya.*


menceritakan kepada kami, al-A'masy telah menceritakan kepada kami: Aku mendengar Abu Shalih, dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :


أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ


“Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku tergantung persangkaan hamba kepadaKu. Aku bersamanya kalau dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingatku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diriKu."


(_)Aku sesuai persangkaan hamba-Ku :(_) 


وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]


*📍Faedah hadist* 

• Janganlah kita berburuk sangka kepada Allah. Ketauhilah Allah mengatakan "Aku tergantung persangkaan hamba kepadaKu"


Contoh : 

Ketika sedang menghafal Al-Qur’an, maka berprasangka baiklah bahwa Al Qur’an mudah untuk hafal. Allah pun akan mudahkan. 


Seseorang yang mengira Al-Qur’an adalah sulit untuk dihafal, maka ia pun akan mendapatkan apa yang ia sangka-sangka kan. Seseorang akan mendapatkan apa yang ia prasangkakan. 


Hendaklah kita senantiasa berprasangka baik kepada Allah. 


• Jangan pernah meremehkan sebuah doa. 

Ketika kita berdoa pada Allah kita harus yakin bahwa doa kita akan dikabulkan dengan tetap melakukan sebab terkabulnya doa dan menjauhi berbagai pantangan yang menghalangi terkabulnya doa. Karena ingatlah bahwasanya doa itu begitu ampuh jika seseorang berhusnuzhan kepada Allah. Jika seseorang berdoa dalam  keadaan yakin doanya akan terkabul, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


اُدْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ


“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi, no. 3479. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).


Salah satu kunci sukses dalam berdoa adalah adanya keyakinan dalam hati, bahwa apa yang diminta akan dikabulkan oleh Allah ta’ala. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,


“ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ“


“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah bahwa sungguh Allah biasanya tidak mengabulkan doa yang keluar dari hati yang tidak konsentrasi dan lalai”. HR. Tirmidzy dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dan dinilai hasan oleh Syaikh al-Albany.


Keyakinan untuk dikabulkan itu muncul sebagai bentuk prasangka baik hamba kepada Allah ta’ala.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَقُولُ اللهُ تَعَالَى: “أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي”


Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, Allah ta’ala berfirman, “Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku kepada-Ku”. HR. Bukhari dan Muslim.


Mulai sekarang tanyakan kepada diri kita sendiri, apakah dalam setiap berdoa kepada Allah kita yakin doa kita akan terkabul? Ataukah selalu ada perasaan mungkin atau tidak mungkin? Jangan berprasangka Allah tidak mengabulkan doa. Mari introspeksi dan perbaikilah diri..teruslah berprasangka baik kepada Allah..


📍Tanya Jawab Bagian Sembilan Belas :  

Apakah kata الشيء (sesuatu) itu dimutlaqkan atas Allah ?


↪️ Jawab: 

Ya, dikatakan bahwa Allah adalah syai`un (sesuatu). Allah berfirman:


..قُلْ أَىُّ شَىْءٍ أَكْبَرُ شَهَٰدَةً ۖ قُلِ ٱللَّهُ ۖ شَهِيدٌۢ بَيْنِى وَبَيْنَكُمْ ۚ


"Katakanlah: 'Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?' Katakanlah: ‘Allah.' Dia menjadi saksi antara aku dan kalian... ” (QS. Al-An'am [6]: 19)


Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan (9/319): Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Hammam telah menceritakan kepada kami dari Yahya, dari Abu Sufyan, bahwa 'Urwah bin az-Zubair telah menceritakan kepadanya dari ibunya, yakni Asma', bahwa ia mendengar Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

لا شيء أغير من الله


"Tidak ada sesuatu yang lebih pencemburu dari Allah."


Dalam hadits Asma radhiallahu ‘anha, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لا شيء أغير من الله


“Tidak ada yang lebih pencemburu dibanding Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).


Allah itu memiliki sifat cemburu manakala hamba menyekutu Nya. Allah yang memberikan segala nikmat tapi hamba beribadah kepada selain Allah.


Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan (7/149): Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami, Sufyan telah menceritakan kepada kami, dari 'Abdul Malik bin 'Umair, dari Abu Hurairah,

ia berkata: "Rasulullah bersabda:


(أصدق كلمة قالها الشاعر كلمة لبيد: ألا كل شيء ما خلا الله باطل، وكاد أمية بن أبي الصلت أن يسلم)).


'Kalimat paling benar yang dikatakan seorang penyair adalah kalimat yang dikatakan oleh Labid. Ia bersya'ir: 'Segala sesuatu selain Allah adalah bathil.' Dan hampir saja Umayyah bin Abi ash-Shalt masuk Islam."


Alhamdulillaahil-ladzii bini'matihi tatimmush-shoolihaat nikmat dari Allah sampainya ilmu mengenal Allah pada pagi ini, 


Jazaakillahu khairan ustadzah Imroatul Azizah حفظها الله atas waktu, ilmu, nasehat nya, semoga ilmu yang telah sampai kepada kami, Allah mudahkan untuk kami amalkan. Barokallahu fiikum


والله أعلمُ بالـصـواب


وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين


سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك


📝 Notulensi

Wellin Zarlin

Comments

Popular Posts